Petani kakao di Kabupaten Jembrana, Bali, diminta untuk mulai mengimplementasikan metode fermentasi dalam pengolahan biji kakao. FOTO: Gede Ruta Suryana
Gede Ruta Suryana • 21 August 2023 13:26
Jembrana: Guna meningkatkan kualitas produk biji kakao, petani kakao di Kabupaten Jembrana, Bali, diminta untuk mulai mengimplementasikan metode fermentasi dalam pengolahan biji kakao. Metode fermentasi diyakini mampu menghasilkan biji kakao kering yang bermutu baik dan memiliki aroma, citarasa khas cokelat, serta warna yang mengkilap.
"Selama fermentasi terjadi penguraian senyawa polifenol, protein, dan gula oleh enzim yang ada akan dapat menghasilkan aroma, rasa, dan warna yang disukai," kata Akademisi Fakultas Pertanian Universitas Warmadewa, Ni Made Ayu Suardani Singapurwa, di sela-sela sosialisasi budi daya kakao di Desa Asahduren, Jembrana, Bali, dikutip Senin, 21 Agustus 2023..
"Perubahan biokimia yang terjadi tergantung pada lama fermentasi yang dialami oleh biji dan jenis buah kakao," tambah Ayu.
Sosialisasi dilakukan dengan serangkaian implementasi program Pemberdayaan Mitra Usaha Produk Unggulan Daerah kerja sama Universitas Warmadewa dengan Universitas Dhyana Pura.
Ayu Suardani menyampaikan fermentasi dimaksudkan untuk memudahkan melepas zat lendir dari permukaan kulit biji dan menghasilkan biji dengan mutu dan aroma yang baik. Tujuan lainnya untuk menghasilkan biji yang tahan terhadap hama dan jamur, selama penyimpanan dan menghasilkan biji dengan warna yang cerah dan bersih.
Ayu Suardani yang juga merupakan Kepala Prodi Ilmu dan Teknologi Pangan FP-Unwar mengungkapkan bahwa faktor yang berpengaruh terhadap keberhasilan fermentasi adalah wadah fermentasi, waktu, aerasi, pembalikan, aktivitas mikroba, dan penguraian kandungan pulp. Penguraian kandungan pulp ditentukan dengan lamanya pemeraman buah kakao setelah dipetik.