Hujan abu di Malang/istimewa.
Daviq Umar Al Faruq • 2 December 2024 12:32
Malang: Hujan abu menerjang beberapa wilayah di Kota Malang dan Kabupaten Malang, Jawa Timur, pada Senin pagi, 2 Desember 2024. Peristiwa ini viral lewat sebuah unggahan dari akun Salam Min Baut di grup media sosial Facebook, Komunitas Peduli Malang-ASLI Malang.
"Malang hujan abu," tulis akun Salam Min Bait di grup Facebook, Komunitas Peduli Malang-ASLI Malang.
Unggahan tersebut dikomentari oleh sejumlah warganet yang membenarkan adanya fenomena hujan abu tersebut. Warganet menuliskan bahwa hujan abu terjadi di Bumiayu dan Sukun, Kota Malang, serta di Poncokusumo, Kabupaten Malang.
Saat dikonfirmasi, Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Kabupaten Malang, Sadono Irawan, mengatakan, bahwa fenomena hujan abu itu merupakan hal yang biasa terjadi di Kabupaten Malang. Hujan abu itu diakuinya berasal dari Gunung Semeru.
"Sebetulnya kalau hujan abu dari wilayah Gunung Semeru hal yang biasa terjadi," katanya saat dikonfirmasi, Senin 2 Desember 2024.
Sadono menerangkan, Gunung Semeru setiap harinya memang mengeluarkan abu vulkanik. Dari abu vulkanik itu kemudian tertiup angin sehingga menjadi hujan abu di wilayah Kabupaten Malang.
"Karena prinsipnya setiap hari Semeru pasti akan mengeluarkan abu vulkanik. Tergantung arah angin kalau sebaran abu nya," imbuhnya.
Status tingkat aktivitas Gunung Semeru di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, saat ini berada di Level II (Waspada). Hal itu berdasarkan laporan aktivitas gunungapi yang dikeluarkan oleh KESDM, Badan Geologi, PVMBG, Pos Pengamatan Gunungapi Semeru, pada periode pengamatan Minggu 1 Desember 2024 pukul 00.00-24.00 WIB.
Dalam laporan itu disebutkan bahwa kondisi meteorologi Gunung Semeru dalam cuaca cerah, qngin bertiup lemah ke arah barat daya dan suhu udara 14-24 °C. Secara visual, gunung kabut 0-I dan asap kawah tidak teramati, serta letusan asap secara visual teramati 11 x warna pk tinggi asap 300 - 700.
Berdasarkan data itu, direkomendasikan untuk tidak melakukan aktivitas apapun di sektor tenggara di sepanjang Besuk Kobokan, sejauh 13 km dari puncak (pusat erupsi). Di luar jarak tersebut, masyarakat tidak melakukan aktivitas pada jarak 500 meter dari tepi sungai (sempadan sungai) di sepanjang Besuk Kobokan karena berpotensi terlanda perluasan awan panas dan aliran lahar hingga jarak 17 km dari puncak.
Kemudian, tidak beraktivitas dalam radius 5 Km dari kawah/puncak Gunung Api Semeru karena rawan terhadap bahaya lontaran batu (pijar). Terakhir, mewaspadai potensi awan panas guguran (APG), guguran lava, dan lahar di sepanjang aliran sungai/lembah yang berhulu di puncak Gunung Api Semeru.
Terutama sepanjang Besuk Kobokan, Besuk Bang, Besuk Kembar, dan Besuk Sat serta potensi lahar pada sungai-sungai kecil yang merupakan anak sungai dari Besuk Kobokan.