Pengungsi Mandiri Erupsi Lewotobi, mengangkut peralatan dapur ke lokasi aman, Jumat petang, 15 November 2024. (Foto: MI/Marianus Marselus)
Media Indonesia • 15 November 2024 19:19
Flores Timur: Jumlah pengungsi erupsi gunung Lewotobi Laki Laki, di Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT), bertambah menjadi 12.575 jiwa hingga Kamis, 14 November 2024. Terbanyak pengungsi lansia dan ibu hamil.
Ribuan pengungsi itu tersebar di 6 pos pengungsian yang disiapkan pemerintah setempat. Selain itu, terdapat juga ribuan pengungsi mandiri, mereka memilih tinggal di rumah-rumah keluarga yang tersebar di 10 kecamatan yang relatif lebih aman dari erupsi.
Baik pengungsi di pos pengungsian maupun pengungsi mandiri terbanyak adalah pengungsi dengan usia rentan atau lansia yaitu mencapai 942 jiwa, disusul bayi sebanyak 114 jiwa, ibu hamil 42 jiwa, dan pengungsi disabilitas sebanyak 37 jiwa.
Sementara itu, desa-desa sekitar gunung Lewotobi seperti Desa Tanjung Bunga kini kosong tanpa penduduk. Abu vulkanis dan batu kerikil menutupi atap rumah warga, kebun hingga jalan raya.
"Awalnya debu dulu kemudian hujan batu, sudah tidak bisa untuk tinggal lagi, terpaksa pergi cari tempat aman," kata Marius Maran, warga Desa Tanjung Bangga, Flores Timur, Jumat, 15 November 2024.
Marius salah satu pengungsi mandiri memboyong keluarganya ke wilayah yang aman. Kini Marius menumpang pada keluarga lain. Pada Kamis, 14 November 2024, Marius bersama istrinya mengevakuasi semua barang-barang di rumahnya seperti perlatan tidur dan peralatan dapur ke lokasi yang aman.
"Jika kondisi aman, semua barang seisi rumah akan saya pindahkan, kondisi saat ini tidak memungkinkan lagi untuk bertahan di Tanjung Bunga," jelas Marius.
Marius berharap kondisi yang dialami warga sekitar Lewotobi berakhir. Ia ingin kembali
beraktivitas mencari nafkah untuk keluarganya.
Sebelumnya, Penjabat Bupati Flores Timur, Sulastri Rasyid, meminta Pemerintah Pusat untuk turun tangan. Sulastri menyebut posko-posko pengungsian masih kekurangan banyak fasilitas pendukung seperti tangki air minum, kipas angin, kursi roda, dan tenda anak-anak di setiap lokasi pengungsian.
"Fasilitas ini demi kenyamanan dan kesejahteraan para pengungsi, terutama anak-anak," kata Sulastri, Kamis.
Rencana Relokasi
Pemerintah Daerah Flores Timur berencana merelokasi warga terdampak. Sulastri mengatakan, pihaknya tengah mengkaji opsi relokasi di dua titik yang dirasa lebih layak bagi para pengungsi.
"Kami mengusulkan dua titik untuk dijadikan lokasi relokasi warga. Dua lokasi itu dinilai aman untuk warga," jelas Sulastri.
Sementara, Menteri Perumahan dan Kawasan Pemukiman (PKP), Maruarar Sirait, meminta pemerintah setempat untuk mempertimbangkan aspek adat istiadat setempat.
"Lokasi relokasi harus dipertimbangkan secara matang, adat sangat sensitif tidak asal memindahkan warga ke lokasi yang aman," ucap Maruarar. (Marianus Marselus)