Ambulans Mulai Bawa Warga Palestina Keluar dari Gaza

Ambulans melintas perbatasan Rafah, Mesir dari Gaza. Foto: Associated Press

Ambulans Mulai Bawa Warga Palestina Keluar dari Gaza

Fajar Nugraha • 1 November 2023 19:17

Gaza: Ambulans bergegas membawa warga Palestina yang terluka keluar dari Gaza untuk mendapatkan perawatan medis darurat di Mesir pada Rabu 1 November 2023. Selain itu ratusan pemegang paspor asing yang putus asa juga siap untuk meninggalkan wilayah yang hancur akibat perang selama tiga minggu dengan Israel.

 

“Evakuasi warga pertama yang melarikan diri dari Gaza yang dilanda perang memberikan secercah harapan dalam krisis kemanusiaan yang menyedihkan dengan lebih dari 8.500 orang tewas dalam pemboman Israel,” menurut Kementerian Kesehatan Palestina, seperti dikutip AFP.

 

Wartawan AFP melihat barisan 40 ambulans berwarna putih mengalir melalui perbatasan Rafah, ketika kerumunan keluarga asing dan berkewarganegaraan ganda berkumpul di dekatnya, berharap untuk meninggalkan kondisi bencana di Gaza.

 

Setidaknya dua anak terlihat di dalam ambulans, salah satunya dengan perban besar melilit perutnya, saat petugas medis memeriksa korban luka dan memindahkan mereka ke tandu.

 

"Kami kewalahan, kasihanilah kami. Kami orang Mesir dan tidak bisa menyeberang ke negara kami," kata Umm Yussef, seorang warga negara Palestina-Mesir, kepada AFP di sisi Gaza.

 

"Biarkan kami masuk. Kami kelelahan. Kami tidak bisa tidur atau makan,” imbuh Yussef.

 

Gambar-gambar AFPTV menunjukkan seluruh keluarga, berjuang untuk membawa harta benda mereka, bergegas melewati penyeberangan yang dijaga ketat menuju Mesir, yang diperkirakan akan menampung sedikitnya 400 pengungsi dan 90 orang yang terluka dan sakit paling parah.

 

Israel tanpa henti menggempur Gaza sebagai pembalasan atas serangan terburuk dalam sejarah negara itu, ketika orang-orang bersenjata Hamas menyerbu melintasi perbatasan, menewaskan 1.400 orang, sebagian besar warga sipil, menurut para pejabat Israel.

 

Perdana Menteri Benjamin Netanyahu bersumpah untuk “melanjutkan kemenangan” atas Hamas, meskipun mengalami “kerugian besar” dalam pertempuran brutal di Gaza yang menewaskan 11 tentara Israel pada hari Selasa.

 

Wartawan AFP melihat lebih banyak tank mengalir melintasi perbatasan ke Gaza utara, ketika Israel meningkatkan serangan darat yang diluncurkan akhir pekan lalu.

 

Gambar-gambar yang diberikan oleh militer menunjukkan tentara menelusuri rumah-rumah yang dibom untuk mencari militan atau sekitar 240 sandera yang ditangkap oleh Hamas.

 

Harapan

Pembukaan sementara perbatasan dengan Mesir memberikan secercah harapan pertama dalam krisis kemanusiaan yang berkobar di Gaza yang digambarkan oleh PBB dan lembaga bantuan lainnya sebagai hal yang buruk.

 

Israel mengklaim, serangan terhadap kamp pengungsi terbesar di Gaza menewaskan sedikitnya 47 orang pada Selasa, termasuk seorang komandan Hamas yang terlibat dalam serangan 7 Oktober. Namun diperkirakan jumlah korban tewas jauh lebih besar.

 

Sebuah ledakan besar melanda kamp Jabalia yang padat sebelum malam tiba, merobek fasad bangunan di dekatnya dan meninggalkan kawah yang dalam dan dipenuhi puing-puing.

 

Ragheb Aqal, 41, seorang warga yang ketakutan, menyamakan ledakan itu dengan "gempa bumi" dan melihat "rumah-rumah terkubur di bawah reruntuhan dan potongan-potongan tubuh serta para martir dan terluka dalam jumlah besar".

 

Israel mengatakan, pesawat tempurnya telah menyerang kompleks terowongan “luas” di lokasi tersebut, menewaskan “banyak teroris Hamas”, termasuk komandan batalion setempat Ibrahim Biari.

 

Namun serangan tersebut memicu kecaman dari Qatar, Arab Saudi dan juga Bolivia, yang memutus hubungan diplomatik sebagai bentuk protes – sebuah keputusan yang Israel sebut sebagai “menyerah pada terorisme”.

 

Hamas mengatakan, tujuh sandera, termasuk tiga pemegang paspor asing, tewas dalam serangan itu, sebuah klaim yang mustahil untuk diverifikasi.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Fajar Nugraha)