Protes warga Swedia menentang pendudukan Israel di Gaza. Foto: Anadolu
Medcom • 26 August 2024 18:23
Stockholm: Pada Minggu, 25 Agustus 2024 di Stockholm, Swedia ratusan demonstran berkumpul di depan Kedutaan Besar Israel. Mereka berkumpul untuk menunjukkan dukungan mereka bagi warga Palestina di tengah serangan Israel yang menghancurkan Gaza.
Konflik tersebut telah menghancurkan nyawa lebih dari 40.400 warga Palestina sejak Oktober lalu.
Protes tersebut di mulai di Odenpan, para peserta berjalan menuju Kedutaan Besar Israel untuk segera akhiri serangan Israel terhadap Gaza yang sambil membawa spanduk bertuliskan “Bebaskan palestina, Bebaskan Gaza,” “Hentikan genosida,” dan “Boikot Israel.”
Salah satu aktivis, Uni Horm mengecam dukungan pemerintah Swedia yang terus berkelanjutan terhadap Israel dengan menyebutnya “tragis”.
“Situasi di Gaza sebagai hal terburuk yang pernah terjadi sejak Perang Dunia II dan genosida Nazi dan terlepas dari ketidakpedulian media dan pemerintah, rakyat Swedia mendukung Palestina,” ujar Uni Horm, seperti dikutip Anadolu, Senin 26 Agustus 2024.
Seorang pengunjuk rasa lainnya, Maya Veliz Wastberg, mengutarakan sentimen yang sama menyebut situasi Gaza sebagai “genosida”.
“Frustrasi saya atas kebungkaman global, dengan membandingkan keputusan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dengan keputusan yang dibuat oleh Adolf Hitler selama Perang Dunia II,” kata Maya Veliz Wastberg.
Adapun Titti Wastberg, berpartisipasi dalam protes seupa pada tahun 1983, mengungkapkan kesedihan yang mendalam atas memburuknya situasi selama 40 tahun terakhir. Ia mengingat bagaimana pernah dituduh anti semit karena pendiriannya terhadap tindakan Israel.
“Saya merasa sedih dan marah,” ungkap Titti Wastberg.
Terjadinya protes tersebut terjadi saat Israel melanjutkan kampanye militernya di Gaza, dimulai setelah serangan oleh kelompok Palestina Hamas pada Kamis, 7 Agustus 2023.
Meskipun ada resolusi Dewan Keamanan PBB yang menyerukan gencatan senjata segera, konflik telah meningkat, mengakibatkan banyak korban dan kerusakan.
Sehingga, blokade Gaza menyebabkan krisis kemanusiaan yang berkembang di wilayah tersebut, di mana makanan, air bersih, dan obat-obatan.
Sekarang Israel menghadapi tuduhan genosida di Mahkamah Internasional, yang telah memerintahkan penghentian operasional militer di kota selatan Rafah, tempat lebih dari 1 juta warga Palestina mencari perlindungan sebelum wilayah itu diserbu pada awal Mei. (Nithania Septianingsih)