Korea Selatan. Foto: Unsplash.
Seoul: Bank sentral Korea Selatan (Korsel) mempertahankan suku bunga pada level tertinggi dalam 15 tahun. Inflasi yang tinggi dan pertumbuhan ekspor yang kuat memberikan alasan bagi para pembuat kebijakan untuk menunda kebijakan pelonggaran.
Bank of Korea (BOK) mempertahankan suku bunga acuannya sebesar 3,50 persen mempertahankan suku bunganya tidak berubah untuk pertemuan ke-10 berturut-turut, seperti yang diperkirakan oleh 39 analis yang disurvei oleh
Reuters.
BOK berargumentasi pihaknya perlu melihat lebih banyak kemajuan pada harga-harga untuk mendapatkan keyakinan harga-harga tersebut bergerak menuju target bank sebesar dua persen sebelum menurunkan biaya pinjaman.
Indeks harga konsumen (CPI) naik 3,1 persen pada Maret tahun ke tahun, laju yang sama seperti Februari setelah tiga bulan pelonggaran, memicu pandangan masih terlalu dini bagi BOK untuk mempertimbangkan pelonggaran. Ekspor naik selama enam bulan berturut-turut didorong oleh kuatnya penjualan cip, sehingga menambah peluang bagi BOK untuk mempertahankan suku bunga tetap tinggi.
"Meningkatnya ekspor dan stabilnya sentimen konsumen telah memberikan ruang bagi para pembuat kebijakan untuk menunggu. Risiko yang berasal dari prospek penundaan siklus pelonggaran The Fed juga menunjukkan BOK kemungkinan akan bersabar,” kata Ekonom di Citigroup Kim Jin-Wook, dilansir Channel News Asia, Jumat, 12 April 2024.
Para analis memperkirakan BOK akan melakukan pemotongan sebesar 25 basis poin pada kuartal ketiga dan keempat, sehingga menurunkan suku bunga acuan menjadi 3,00 persen pada akhir tahun ini dari 3,50 persen saat ini.
Investor sedang menunggu untuk melihat siapa yang menggantikan dua anggota dewan pemungutan suara yang akan mengundurkan diri, Cho Yoon-Je dan Suh, yang masa jabatan empat tahunnya akan berakhir pada 20 April 2024.
Namun, anggota dewan yang akan mengundurkan diri, Suh Young-kyung pada 26 Maret mengisyaratkan mungkin sudah waktunya untuk menormalkan suku bunga.