Aktivitas Manufaktur Tiongkok Turun di Mei

Ekonomi Tiongkok. Foto: Unsplash.

Aktivitas Manufaktur Tiongkok Turun di Mei

Arif Wicaksono • 1 June 2024 13:47

Beijing: Aktivitas manufaktur Tiongkok secara tak terduga turun pada Mei. Kondisi ini membuat maraknya seruan untuk stimulus baru karena krisis properti yang berkepanjangan di negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia ini terus membebani kepercayaan dunia usaha, konsumen dan investor.
 

baca juga:

Tiongkok Siapkan Investasi USD47,5 Miliar untuk Semikonduktor

Biro Statistik Nasional (NBS) Tiongkok menuturkan Indeks manajer pembelian (PMI) manufaktur resmi turun menjadi 49,5 pada bulan Mei dari 50,4 pada bulan April,  di bawah angka 50 yang memisahkan pertumbuhan dari kontraksi.

 Angka yang mengecewakan ini menambah serangkaian indikator baru-baru ini yang menunjukkan perekonomian senilai USD18,6 triliun sedang berjuang untuk bangkit kembali, mengikis optimisme yang terlihat sebelumnya setelah data output dan perdagangan lebih baik dari perkiraan.

“Saya pikir data tersebut mencerminkan lemahnya permintaan domestik, sektor perumahan yang terus memburuk dan penjualan ritel yang tidak kuat,” kata Ekonom Senior di Economist Intelligence Unit Xu Tianchen dikutip dari Channel News Asia, Sabtu, 1 Juni 2024.

 "Angka yang terjadi pada bulan Mei mungkin menunjukkan penurunan sementara. Kita mungkin akan melihat perbaikan pada bulan Juni seiring dengan mulai diterapkannya kebijakan baru pemerintah, seperti rencana penyelamatan properti dan penerbitan obligasi pemerintah khusus," tambah dia.

Sub-indeks PMI untuk pesanan baru dan pesanan ekspor baru kembali mengalami kontraksi setelah mengalami pertumbuhan selama dua bulan. Sementara itu lapangan kerja terus menyusut.

indeks jasa

Sub-indeks jasa berdasarkan survei non-manufaktur NBS membaik menjadi 50,5 di bulan Mei dari 50,3 di bulan April. Namun pertumbuhan yang diwakili oleh indeks jasa yang lebih luas, yang juga mencakup konstruksi, melambat pada Mei menjadi 51,1 dari 51,2 pada bulan sebelumnya.

Permasalahan di sektor properti telah memberikan dampak negatif pada perekonomian Tiongkok dan memperlambat upaya Beijing untuk mengalihkan model pertumbuhannya ke arah konsumsi domestik dari investasi yang didorong oleh utang.

Penjualan ritel pada bulan lalu tumbuh paling lambat sejak Desember 2022, sementara harga rumah baru turun pada tingkat tercepat dalam sembilan tahun. Hal ini menunjukkan bahwa masih terlalu dini untuk mengatakan perekonomian Tiongkok akan membaik.

Dana Moneter Internasional (IMF) merevisi perkiraan pertumbuhan Tiongkok sebesar 0,4 poin persentase menjadi 5 persen pada tahun 2024 dan 4,5 persen pada tahun 2025, namun memperingatkan bahwa sektor properti tetap menjadi risiko pertumbuhan utama.

pemulihan berkelanjutan

Bulan ini Tiongkok meluncurkan langkah-langkah bersejarah untuk menstabilkan pasar properti, namun para analis mengatakan langkah-langkah tersebut tidak memenuhi apa yang diperlukan untuk pemulihan berkelanjutan.

IMF melihat ruang untuk paket kebijakan yang lebih komprehensif untuk mengatasi masalah sektor properti. Ekonom di Shanghai Hwabao Trust Nie Wen mengatakan penurunan tersebut memperkuat kebutuhan akan lebih banyak dukungan stimulus.

“Masih ada kebutuhan untuk memperkuat stimulus di sisi permintaan, sekaligus memilah saluran kredit sesegera mungkin untuk menghindari penyusutan neraca lembaga keuangan, yang akan berdampak negatif pada perekonomian,” kata Nie.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Arif Wicaksono)