Menko Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan. Foto: Medcom
Insi Nantika Jelita • 31 July 2024 14:42
Jakarta: Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan mengungkapkan Indonesia memiliki potensi cadangan penyimpanan karbon hingga 630 gigaton (GT) di akuifer garam dan reservoir minyak dan gas yang sudah habis.
Sejumlah investor asing pun disebut tertarik menanamkan modalnya untuk bisnis penangkapan dan penyimpanan karbon atau carbon capture storage (CCS) di Tanah Air.
Luhut menuturkan salah satu proyek yang tengah dibidik investor ialah penerapan CCS di Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Suralaya, Banten. Teknologi yang digunakan untuk menyimpan emisi CO2 di PLTU tersebut akan terpasang dalam waktu tiga tahun ke depan.
"Banyak investor yang antre (untuk proyek CCS). Misalnya (mau investasi) di Suralaya. Teknologinya baru siap di 2027," ujar Luhut dalam acara 2nd International & Indonesia Carbon Capture and Storage (IICCS) Forum 2024 di Jakarta Convention Center (JCC), Rabu, 31 Juli 2024.
Di tingkat global, investasi CCS mencapai 6USD,4 miliar atau setara Rp104 triliun (kurs Rp16.289), dengan Asia memberikan kontribusi sebesar USD1,2 miliar atau senilai Rp19,5 triliun.
Luhut menegaskan Indonesia memiliki peran sentral dalam investasi teknologi CCS melalui berbagai proyek. Seperti, proyek Tangguh, Teluk Bintuni, Papua Barat dan di Cekungan Sunda-Asri, Jawa Barat.
"Ada peluang investasi itu USD1,2 miliar. Kita lagi hitung berapa sih angka yang bisa didapat dari potensi CCS kita. Pasalnya, kita punya 630 gigaton kapasitas penyimpanan CO2," jelas dia.
Baca juga: Penguatan Ekosistem Kendaraan Listrik Diyakini Percepat Pengurangan Emisi Karbon |