Ini Alasan Inklusi Asuransi Masih Rendah Dibandingkan Literasinya

Chief Marketing Officer Sun Life Indonesia, Maika Randini. Metrotvnews.com/Muhammad Adyatma Damardjati

Ini Alasan Inklusi Asuransi Masih Rendah Dibandingkan Literasinya

Eko Nordiansyah • 3 December 2025 19:14

Jakarta: Rendahnya tingkat inklusi asuransi kembali menjadi sorotan. Meski pemahaman masyarakat tentang instrumen finansial meningkat, tindakan untuk memiliki perlindungan keuangan justru stagnan dan bahkan menurun pada beberapa kelompok.

Dari pemaparan panelis, tercatat bahwa sebagian besar keluarga Indonesia memahami pentingnya perencanaan keuangan, namun masih enggan mengambil langkah konkret. Sebanyak 29 persen masyarakat mengaku tidak tahu harus mulai dari mana ketika hendak menyusun rencana keuangan ataupun memilih instrumen perlindungan.

Chief Marketing Officer Sun Life Indonesia, Maika Randini, menjelaskan bahwa pola keraguan tersebut muncul karena proses pengambilan keputusan finansial masih dianggap rumit dan tidak memberikan bukti manfaat yang cepat.

“Orang ingin lihat bukti, dan bukan hanya bukti tetapi bukti yang cepat,” ujarnya dalam sesi diskusi, Rabu, 3 Desember 2025.

Fenomena ini turut dipengaruhi oleh kondisi ekonomi tahun 2025 yang menekan daya beli rumah tangga. Ketidakpastian pendapatan membuat banyak keluarga menunda rencana proteksi jangka panjang, meskipun risiko finansial dalam kehidupan sehari-hari terus meningkat.
 



(Ilustrasi. Foto: Freepik)

Tantangan inklusi

Para panelis menilai tantangan terbesar bukan hanya pada rendahnya literasi, tetapi juga pada kesenjangan antara pengetahuan dan praktik. Banyak keluarga memahami risiko, namun memilih menunda keputusan karena keterbatasan dana, rasa tidak yakin, atau budaya pengeluaran yang lebih condong pada kebutuhan jangka pendek.

Keterbatasan akses informasi yang relevan dan pembahasan finansial yang masih dianggap berat juga memperburuk jarak antara pemahaman dan aksi. Pengamat menyebut bahwa upaya meningkatkan inklusi perlu didukung pendekatan komunikasi yang lebih sederhana, kegiatan edukasi berbasis komunitas, dan layanan keuangan yang mudah dijangkau hingga kota-kota kecil.

Para panelis sepakat mempersempit kesenjangan antara literasi dan tindakan merupakan kunci memperkuat ketahanan ekonomi keluarga Indonesia dalam jangka panjang. (Muhammad Adyatma Damardjati)

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
(Eko Nordiansyah)