Menhan AS batal ke Korsel karena keputusan darurat militer yang gagal. (EFE)
Marcheilla Ariesta • 6 December 2024 11:08
Washigton: Menteri Pertahanan Amerika Serikat (AS) Lloyd Austin tidak lagi berencana untuk melakukan perjalanan ke Korea Selatan. Hal ini menyusul upaya Presiden Korea Selatan (Korsel) Yoon Suk Yeol yang gagal minggu ini untuk memberlakukan darurat militer.
Seorang pejabat, yang berbicara dengan syarat anonim, mengatakan perencanaan telah dilakukan untuk perjalanan dalam waktu dekat tetapi diputuskan sekarang bukan waktu yang tepat.
“Korea Selatan telah diajak berkonsultasi mengenai perubahan rencana perjalanan,” kata pejabat tersebut, dilansir dari AFP, Jumat, 6 Desember 2024.
Austin akan meninggalkan jabatannya pada 20 Januari, ketika Presiden terpilih Donald Trump dilantik.
Deklarasi darurat militer Yoon pada Selasa malam bertujuan untuk mengonsolidasikan kekuasaan, melarang aktivitas politik, dan menyensor media.
Hal itu memicu kemarahan di jalan-jalan dan kekhawatiran di antara sekutu internasional Korea Selatan.
Menteri pertahanan Korea Selatan, yang merekomendasikan langkah tersebut, telah mengundurkan diri.
Berjuang untuk masa depan politiknya, Yoon menerima pengunduran diri Menteri Pertahanan Kim Yong-hyun pada hari Kamis dan mencalonkan duta besarnya untuk Arab Saudi, Choi Byung-hyuk, sebagai penggantinya.
Kim telah merekomendasikan Yoon untuk mengumumkan darurat militer pada hari Selasa, menurut menteri dalam negeri, seorang pejabat militer senior, dan pengajuan oposisi untuk memakzulkan Yoon.
Amerika Serikat memiliki 28.500 tentara yang ditempatkan di Korea Selatan sebagai warisan Perang Korea 1950-1953.
Komandan Pasukan AS-Korea, Jenderal Paul LaCamera, memperingatkan pasukan Amerika dalam sebuah pernyataan pada hari Rabu untuk tetap waspada, menghindari daerah-daerah yang dilanda protes, dan memberi tahu atasan tentang rencana perjalanan jika terjadi "sesuatu yang tidak terduga".
Perjalanan Austin ke Korea Selatan akan terjadi pada saat geopolitik penting di wilayah tersebut.
Para pejabat AS dan Korea Selatan mengatakan lebih dari 10.000 tentara Korea Utara telah dikerahkan ke wilayah Kursk Rusia untuk mengambil bagian dalam memukul mundur pasukan Ukraina.
Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un bertemu dengan menteri pertahanan Rusia bulan lalu dan berjanji untuk memperluas hubungan dengan Moskow di semua bidang, termasuk urusan militer, di bawah kemitraan strategis komprehensif yang ditandatanganinya dengan Presiden Rusia Vladimir Putin pada bulan Juni, yang mencakup perjanjian pertahanan bersama, kata media pemerintah Korea Utara.
Moskow dan Pyongyang telah meningkatkan hubungan secara dramatis sejak pemimpin mereka mengadakan pertemuan puncak pada bulan September tahun lalu di Rusia, dan Korea Utara sejak itu telah mengirimkan lebih dari 10.000 kontainer amunisi, serta howitzer gerak sendiri dan peluncur roket ganda, menurut badan mata-mata Korea Selatan.
Baca juga: Polisi Korea Selatan Selidiki Presiden Yoon Suk Yeol atas Tuduhan Pemberontakan