Outlook Permata Bank: Pertumbuhan Ekonomi Global 2025 Stabil 3,2%

Ilustrasi. Foto: dok MI/Ramdani.

Outlook Permata Bank: Pertumbuhan Ekonomi Global 2025 Stabil 3,2%

Achmad Firdaus • 4 December 2024 11:47

Jakarta: Permata Bank melalui Permata Institute for Economic Research (PIER) memperkirakan pertumbuhan ekonomi global tetap stabil di level 3,2 persen pada 2025.

Meskipun terdapat divergensi pertumbuhan ekonomi antara negara maju dan berkembang. Demikian proyeksi itu tertuang dalam laporan Economic Outlook 2025 bertajuk "Economic Forces at Play: Balancing Domestic Drivers and Global Uncertainty", Selasa, 3 Desember 2024.

"Di Amerika Serikat (AS), kebijakan berorientasi domestik diprediksi akan berimplikasi pada inflasi di atas target Fed yakni dua persen, sehingga terdapat potensi bank sentral AS memiliki ruang penurunan suku bunga 50 bps pada 2025 menjadi 3,75-4,00," jelas Chief Economist Permata Bank Josua Pardede.

Di sisi lain, harga energi global terus menurun sejak puncaknya pada 2022, sementara harga komoditas utama Indonesia seperti minyak mentah, batu bara. Serta CPO diperkirakan melanjutkan tren penurunan akibat peningkatan produksi minyak mentah, permintaan batu bara yang terbatas, dan normalisasi produksi CPO.


Ilustrasi. Foto: dok MI.

 

Baca juga: Pemerintah Andalkan Wisatawan Demi Pecut Pertumbuhan Ekonomi RI

Proyeksi ekonomi Indonesia


Selain itu, pertumbuhan ekonomi Indonesia diproyeksikan tumbuh 5,15 persen dengan konsumsi rumah tangga dan investasi diperkirakan masih menjadi pendorong utama perekonomian.

Di sisi lain, risiko eksternal seperti kebijakan proteksionis Amerika Serikat (AS), perlambatan permintaan global, dan volatilitas harga komoditas menjadi tantangan yang perlu dikelola.  

Menurut Josua, proyeksi optimistis ini memberikan dasar kuat untuk mendorong pertumbuhan ekonomi berkelanjutan, memaksimalkan potensi konsumsi rumah tangga, memperkuat diversifikasi ekspor, serta menarik investasi asing langsung.

"Karena itu, dukungan kebijakan fiskal dan moneter yang sinergis dibutuhkan agar mampu menjaga stabilitas ekonomi Indonesia di tengah ketidakpastian global. Kami percaya memanfaatkan potensi domestik yang dimiliki Indonesia menjadi kunci dalam mengatasi tantangan perekonomian akibat dinamika ekonomi global," tambah Josua.

Adapun di tingkat domestik, inflasi Indonesia diproyeksikan masih berada dalam target Bank Indonesia di 3,12 persen. Meskipun, kenaikan tarif PPN dan cukai menjadi 12 persen pada plastik, rokok, serta minuman manis akan memberikan tekanan terhadap inflasi.

"Nilai tukar rupiah juga diperkirakan menguat di rentang Rp15.200-Rp15.700 per USD, hal ini didukung oleh aliran investasi langsung dan portofolio yang masuk. Selain itu, imbal hasil obligasi diproyeksikan menurun karena kebijakan suku bunga yang lebih rendah dari Bank Indonesia dan The Fed," ujar Josua.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Ade Hapsari Lestarini)