BI Perlu Tahan Suku Bunga Tetap 6%

Ilustrasi Bank Indonesia. Foto: MI/Susanto

BI Perlu Tahan Suku Bunga Tetap 6%

Fetry Wuryasti • 20 February 2024 22:04

Jakarta: Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM FEB UI) memandang Bank Indonesia (BI) untuk tetap mempertahankan tingkat suku bunganya di level 6 persen.

Seperti diketahui, BI akan mengumumkan hasil rapat dewan gubernur bulanan pada Rabu, 21 Februari, untuk memberi gambaran arah kebijakan suku bunga BI Rate. 

"Dari dinamika terkini, ketahanan perekonomian domestik dan kemungkinan penurunan suku bunga The Fed yang lebih rendah dalam waktu dekat, kami memandang BI perlu mempertahankan BI Rate pada level 6,00% pada rapat dewan gubernur BI bulan ini," kata Ekonom Makroekonomi dan Pasar Keuangan LPEM FEB UI Teuku Riefky dilansir Media Indonesia, Selasa, 20 Februari 2024.

Riefky menjelaskan, pertimbangan untuk mempertahankan BI Rate karena beberapa indikator, seperti inflasi Indonesia tetap terjaga mendekati target baru 2,5 persen dengan tekanan inflasi terdekat kemungkinan berasal dari kenaikan pengeluaran pada beberapa libur akhir pekan panjang dan harga menjelang musim Ramadan.

Dari faktor eksternal, kecil kemungkinan penurunan suku bunga oleh Bank Sentral AS The Fed di bulan Maret. 

Bank sentral utama lainnya, seperti Bank Sentral Eropa (ECB) dan Bank of England juga memutuskan untuk mempertahankan suku bunga kebijakannya masing-masing sebesar 4,5 persen dan 5,25 persen. 
 

Baca juga: 

BI Rate dan Real Count KPU Jadi Sentimen Utama Pasar Modal

Faktor domestik

Untuk domestik, meski ketidakpastian pemilu membayangi pasar Indonesia dan keputusan The Fed yang menahan suku bunga acuannya serta mengisyaratkan tidak terburu-buru menurunkan suku bunga, Indonesia masih mencatatkan aliran modal masuk.

Aliran modal masuk dalam jumlah kecil ke obligasi dan pasar saham tercatat sebesar USD150 juta, didorong oleh arus masuk saham sebesar USD770 juta sementara terdapat arus keluar obligasi sebesar USD230 juta, antara pertengahan Januari 2024 hingga pertengahan Februari 2024.

Dengan mayoritas hasil quick count memproyeksikan satu putaran pemilu presiden, ketidakpastian berkurang dan memicu aliran modal masuk ke pasar saham.

Lebih lanjut, arus modal keluar dari pasar obligasi domestik telah mendorong naik imbal hasil Surat Utang Pemerintah Indonesia tenor 10 tahun dari 6,66 persen pada pertengahan Januari 2024 menjadi 6,70 persen pada pertengahan Februari 2024.

"Terjadinya arus modal keluar ini kemungkinan dipengaruhi bergesernya konsensus pasar akan ekspektasi penurunan suku bunga The Fed," kata Riefky.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Annisa Ayu)