Wamenlu Pahala Nugraha Mansury saat membuka dialog lintas agama dengan Austria di Bandung, Senin, 8 Juli 2024. (Kemenlu RI)
Willy Haryono • 9 July 2024 06:46
Bandung: Hanya dengan toleransi, solidaritas, dan mengatasi perbedaan, kita akan mampu menghadapi tantangan dan mencapai pembangunan berkelanjutan bagi semua. Demikian disampaikan Wakil Menteri Luar Negeri Pahala Nugraha Mansury saat membuka dialog lintas agama bertajuk the 8th Indonesia-Austria Interfaith and Intercultural Dialogue (IAIID-8) di Bandung pada Senin, 8 Juli 2024.
Forum yang diselenggarakan dalam rangka memperingati 70 tahun hubungan diplomatik Indonesia-Austria tersebut mengusung tema "Navigating the Challenges in Diverse and Modern Society."
Membuka pidatonya, Wamenlu Pahala menyampaikan bahwa dalam pembukaan Konferensi Asia-Afrika (KAA) di Bandung pada 1955, Presiden Soekarno juga menyampaikan pesan terkait pluralisme, yaitu bahwa KAA diselenggarakan untuk menunjukkan kepada dunia bahwa semua orang dapat hidup berdampingan dan berkontribusi pada persoalan bersama.
Berdasarkan keterangan di situs Kemenlu RI, Wamenlu Pahala menyampaikan tiga tantangan besar yang tengah dihadapi dunia saat ini.
Pertama, fragmentasi dan perpecahan. Akhir-akhir ini terdapat perpecahan geopolitik negara-negara, yang juga dirasakan dampaknya secara ekonomi. "Fragmentasi ini juga terjadi di dalam masyarakat, di mana semakin tinggi kemajemukan, maka toleransi menjadi semakin rendah," kata Wamenlu Pahala.
Kedua, perubahan demografi. Di mana populasi dunia semakin meningkat, khususnya di negara-negara berkembang. Selain itu, migrasi juga meningkat dengan lebih dari 281 juga migran di dunia pada tahun 2024.
Ketiga, transformasi dan kesenjangan digital. Perkembangan teknologi digital begitu pesat, dan memberikan dampak positif, termasuk mengurangi kemiskinan dan pengangguran. Namun demikian, masih terdapat ketimpangan, di mana sepertiga orang di dunia belum menikmati akses internet. Selain itu, penggunaan teknologi digital juga menyebabkan tingginya intoleransi, maraknya ujaran kebencian, berita palsu, dan misinformasi.
Tantangan-tantangan tersebut semakin meningkatkan kesenjangan dan disparitas antar negara dan masyarakat, serta menyulitkan pemecahan masalah global, termasuk perubahan iklim dan pencapaian SDGs.
Selanjutnya, Wamenlu Pahala menegaskan perlunya dua pendekatan dalam mengatasi tantangan ini.
Satu, pengarusutamaan nilai toleransi dan solidaritas. Nilai ini terkandung dalam semua ajaran agama, kepercayaan, dan budaya, serta harus diterapkan seluas-luasnya. Dalam konteks hubungan antar negara, hal ini berarti semua negara harus menghormati hal satu sama lain, termasuk hak untuk membangun (right to development).
"Dalam konteks hubungan bermasyarakat, ini berarti penghormatan terhadap semua agama, kepercayaan, dan budaya. Dalam hal ini, Indonesia memiliki pengalaman sebagai negara yang kaya keragaman, dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika," ujar Wamenlu Pahala.
Selain itu, solidaritas juga perlu ditanamkan, termasuk dalam penanganan perubahan iklim dan memastikan pencapaian SDGs bagi semua.
Dua, mengatasi ujaran kebencian dan misinformasi. Ujaran kebencian dan misinformasi dapat memperlemah kohesi sosial, menggerus nilai-nilai luhur bersama, serta kadang dapat menimbulkan kekerasan. Hal ini harus diatasi dengan menyebarkan pesan-pesan perdamaian dan pencapaian kemakmuran bersama.
Dalam hal ini, peran pemuka agama dan masyarakat sangat penting guna mendorong dan memelihara kesepahaman antar agama dan budaya melalui dialog.
Menutup pidatonya, Wamenlu Pahala berharap dialog lintas agama Indonesia-Austria dapat berkontribusi dalam meningkatkan toleransi dan solidaritas guna menghadapi tantangan global.
IAIID-8 dihadiri lebih dari 60 peserta dari kalangan pemerintah, pemuka agama, pakar, dan akademisi dari Indonesia dan Austria.
Delegasi Austria dipimpin Duta Besar Christoph Thun-Hohenstein, Director General for International Cultural Relations, Kementerian Luar Negeri Austria, yang menyampaikan pentingnya membangun narasi baru serta solusi kreatif untuk menjawab tantangan masyarakat.
IAIID-8 juga menyuguhkan tiga panel diskusi yang menyoroti pentingnya strategi dan pendekatan efektif semua pihak dalam menghadapi tantangan di era modern, antara lain seputar globalisasi dan digitalisasi; upaya mengembalikan esensi budaya toleransi; dan penguatan komitmen bersama merawat perdamaian.?
Baca juga: Indonesian Street Festival 2024 Meriahkan 70 Tahun Hubungan RI-Austria