Prospek Ekonomi Gelap, Tiongkok Pangkas Suku Bunga Utama

Ilustrasi. FOTO: AP

Prospek Ekonomi Gelap, Tiongkok Pangkas Suku Bunga Utama

Angga Bratadharma • 15 August 2023 18:54

Beijing: Serangkaian data Tiongkok yang luas menyoroti tekanan yang meningkat pada ekonomi dari berbagai bidang dan mendorong Beijing untuk memangkas suku bunga kebijakan utama. Hal itu untuk menopang aktivitas tetapi analis mengatakan lebih banyak dukungan diperlukan guna merevitalisasi pertumbuhan.

Melansir The Business Times, Selasa, 15 Juli 2023, kurang dari satu jam sebelum rilis sejumlah data Juli, bank sentral Tiongkok secara tak terduga memangkas suku bunga kebijakan utama untuk kedua kalinya dalam tiga bulan. Hal itu menggarisbawahi kerugian cepat pemulihan ekonomi usai covid yang telah mengguncang pasar keuangan global.

Serangkaian data yang dirilis oleh Biro Statistik Nasional (NBS), yang muncul di atas serangkaian indikator lemah dari minggu lalu, menunjukkan penjualan ritel, hasil industri, dan investasi semuanya tumbuh pada kecepatan yang lebih lambat dari perkiraan. Hal tersebut menunjukkan mesin bisnis dan konsumsi di ekonomi terbesar kedua dunia itu sangat lemah.

"Semua indikator aktivitas utama menggarisbawahi ekspektasi konsensus pada Juli, dengan sebagian besar stagnan atau hampir tidak berkembang dalam sebulan," kata Ekonom Capital Economics Julian Evans-Pritchard.

"Dengan masalah keuangan di pengembang seperti Country Garden yang kemungkinan membebani pasar perumahan dalam waktu dekat, ada risiko nyata ekonomi tergelincir ke dalam resesi kecuali dukungan kebijakan segera ditingkatkan," tambahnya.

Analis pesimistis prospek ekonomi Tiongkok

Analis Nomura sama-sama pesimistis terhadap prospek ekonomi Tiongkok. "Kami yakin ekonomi Tiongkok dihadapkan pada spiral penurunan yang akan segera terjadi dengan yang terburuk belum datang, dan penurunan suku bunga pagi ini akan sangat membantu," kata Nomura.

Sedangkan output industri tumbuh 3,7 persen dari tahun sebelumnya, melambat dari laju 4,4 persen yang terlihat pada bulan Juni, data NBS menunjukkan, dan berada di bawah ekspektasi untuk kenaikan 4,4 persen dalam jajak pendapat Reuters dari para analis.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Angga Bratadharma)