Gedung Kementerian BUMN. Foto: Medcom.id
Annisa Ayu Artanti • 4 September 2023 12:20
Jakarta: Perusahaan BUMN didorong agar dapat mendorong peningkatan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan. Pasalnya, hal tersebut sejalan dengan transformasi BUMN yang digadang-gadang Menteri BUMN Erick Thohir.
Erick menuntut perusahaan pelat merah dapat membangun ekosistem keuangan yang berkelanjutan berdasarkan prinsip Environmental Social Governance (ESG) yang mengedepankan tiga kriteria utama dalam investasi, yaitu hubungan perusahaan dengan lingkungan (Environment), masyarakat (Social), dan juga manajemen yang transparan (Governance).
"Implementasi ESG berperan dalam mendorong pengembangan UMKM serta green financing di Indonesia," kata Wakil Menteri BUMN, Rosan Roeslani dalam keterangan tertulis, Senin, 4 September 2923.
Ia menjelaskan, per Juni 2023, jumlah debitur Ultra Mikro telah mencapai sekitar 29,5 juta debitur. Selain itu, dalam rangka mendukung penerapan ESG, pada triwulan II-2023 Himbara telah menyalurkan green financing dengan total sebesar kurang lebih Rp906,9 triliun. Selain itu, BSI juga telah menyalurkan sustainable financing sebesar Rp51,46 triliun pada kuartal I.
Menurutnya, sustainable & innovative financing menjadi salah satu bahasan utama dalam ASEAN-Indo Pacific Forum (AIPF): Implementation of the ASEAN Outlook on the Indo-Pacific di Jakarta pada 5-6 September 2023.
Baca juga: BUMN Tegaskan Komitmen Wujudkan Infrastruktur Hijau di Asia Tenggara
Sustainable & innovative financing diharapkan dapat memberikan kontribusi yang lebih besar dalam ekosistem bisnis yang menantang melalui serangkaian upaya untuk menjaga stabilitas berkelanjutan saat menghadapi tantangan dan perubahan.
"Sustainable & innovative financing diharapkan mampu mendorong para BUMN maupun para pelaku bisnis, tak terkecuali UMKM di berbagai sektor untuk dapat tumbuh secara merata dan menjadi yang terdepan di level internasional,” jelas Rosan.
Integrasi PT Pegadaian dan PT Permodalan Nasional Madani (PNM) ke dalam PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BRI) sebagai anggota Holding Ultra Mikro merupakan salah satu upaya mendukung sustainable financing untuk meningkatkan ekonomi Indonesia melalui eskalasi kelas bisnis UMKM dengan penyediaan layanan keuangan yang lengkap, terintegrasi dan memenuhi kebutuhan pelaku usaha di segmen ultra mikro.
Holding Ultra Mikro ini diarahkan untuk mendukung perkembangan ekonomi berkelanjutan bagi UMKM dan diharapkan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi melalui eskalasi kelas UMKM agar dapat memasuki pasar Asia Pasifik.
Selain Holding Ultra Mikro, PT Bank Syariah Indonesia Tbk yang merupakan hasil merger dari anak usaha syariah BUMN Perbankan juga menjadi salah satu contoh inovasi yang mendukung sustainable financing. BSI merupakan bank syariah terbesar di Indonesia ini merupakan hasil merger antara PT Bank BRI Syariah Tbk, PT Bank Syariah Mandiri dan PT Bank BNI Syariah.
Hal ini merupakan inovasi untuk mengembangkan industri halal dan menjadikan Indonesia sebagai salah satu pusat keuangan syariah dunia. Merger ini juga dapat menjadi pendorong minat investasi masyarakat dalam memilih layanan perbankan yang berbasis syariah.
Hingga Maret 2023, BSI memperoleh laba bersih sebesar Rp1,46 Triliun, yang mengalami kenaikan 47,65 persen dibanding tahun sebelumnya. BSI terus berperan aktif dalam menyalurkan pembiayaan keuangan berkelanjutan sebesar Rp51,46 triliun hingga Maret 2023, atau 24,13 persen dari total pembiayaan BSI, serta secara konsisten mengimplementasikan green economy melalui berbagai program socioeconomic seperti penempatan Mesin Penukar Botol/Reverse Vending Machine di 33 titik lokasi di Jabodetabek & Bali serta 10 Desa BSI dengan penerima manfaat sebanyak 3.066 orang dengan total penyaluran sebesar Rp5,4 miliar.