Ilustrasi: Freepik
Muhammad Reyhansyah • 18 November 2025 21:12
Washington: Kementerian Keuangan Amerika Serikat (AS) menyatakan pada Senin, 17 November 2025 bahwa sanksi Washington terhadap raksasa minyak Rusia, Rosneft dan Lukoil, telah mulai menekan pendapatan energi Moskow dan diperkirakan mengurangi volume penjualan minyak Rusia dalam jangka panjang.
Dalam pernyataannya, Kantor Pengawasan Aset Asing (OFAC) menyebut analisis awal atas sanksi yang diumumkan pada 22 Oktober menunjukkan bahwa kebijakan tersebut “berdampak sesuai tujuan dengan menekan pendapatan Rusia melalui penurunan harga minyak Rusia dan, pada akhirnya, mengurangi kemampuan negara tersebut membiayai upaya perang melawan Ukraina.”
Langkah ini menjadi salah satu sanksi paling keras yang dijatuhkan AS sejak invasi penuh Rusia ke Ukraina pada Februari 2022, sekaligus sanksi langsung pertama terhadap Moskow yang diterbitkan Presiden Donald Trump sejak menjabat pada Januari.
Pemerintah AS menetapkan tenggat 21 November bagi perusahaan untuk menghentikan hubungan bisnis dengan Rosneft dan Lukoil. Pelanggaran dapat berujung pada pemutusan akses dari sistem keuangan berbasis dolar. Namun, belum jelas bagaimana mekanisme penegakannya, terutama karena dua pembeli terbesar minyak Rusia adalah Tiongkok dan India.
Dikutip dari Telegraph India, Selasa, 18 November 2025, OFAC mencatat sejumlah jenis minyak Rusia kini dijual pada harga terendah dalam beberapa tahun terakhir. Laporan itu juga menunjukkan hampir selusin perusahaan besar di India dan Tiongkok menyatakan rencana menghentikan pembelian minyak Rusia untuk pengiriman Desember.
Data LSEG Workspace pada Senin menunjukkan minyak mentah Urals yang dimuat di pelabuhan Novorossiysk di Laut Hitam diperdagangkan pada harga USD45,35 per barel pada 12 November, level terendah sejak Maret 2023, saat Rusia mulai membangun “armada bayangan” untuk menghindari batas harga USD60 per barel yang diberlakukan negara-negara G7 pada Desember 2023.
Sebagai perbandingan, Brent berada di level USD62,71 pada 12 November dan diperdagangkan di kisaran USD64,03 pada Senin. Harga Urals Novorossiysk naik menjadi USD47,01 pada hari yang sama setelah aktivitas pemuatan kembali berjalan usai dihentikan akibat serangan drone dan rudal Ukraina.
Reuters sebelumnya melaporkan bahwa diskon minyak Rusia terhadap Brent melebar seiring berkurangnya pembelian dari kilang-kilang besar di India dan Tiongkok sebagai respons terhadap sanksi AS.
Seorang juru bicara Kementerian Keuangan mengatakan sanksi tersebut “melumpuhkan mesin perang Putin” dan menegaskan bahwa pihaknya “siap mengambil langkah lanjutan bila diperlukan untuk mengakhiri pembunuhan tanpa alasan” di Ukraina.