Lokasi kebakaran yang terjadi di tempat KTT Perubahan Iklim (COP30) di Brasil. Foto: BBC
Belem: Kebakaran yang melanda area paviliun Konferensi Perubahan Iklim PBB (COP30) pada Kamis, 20 November 2025, memicu evakuasi massal dan 13 orang dirawat akibat keracunan asap di Brasil.
Insiden yang terjadi di hari terakhir konferensi ini berawal dari Paviliun Tiongkok sebelum menjalar ke paviliun lain, termasuk sejumlah paviliun Afrika dan paviliun pemuda, mengakibatkan kepanikan di antara peserta konferensi.
Panitia penyelenggara menyatakan api berhasil dikendalikan dalam enam menit, namun evakuasi total tetap dilakukan sebagai langkah pencegahan. Menteri Pariwisata Brasil Celso Sabino yang hadir di lokasi mengonfirmasi titik awal kebakaran. Sementara Gubernur setempat Helder Barbalho menduga insiden disebabkan "kegagalan generator atau korsleting listrik". Pembicaraan iklim sempat terhenti dan belum dipastikan kana dilanjutkan.
Kronologi kejadian
Infrastruktur venue konferensi yang masih dalam tahap penyelesaian turut memperumit situasi. Lokasi yang masih memiliki "balok terekspos, lantai kayu terbuka, dan koridor berjeruji logam" membuat evakuasi menjadi tantangan.
Video yang beredar menunjukkan kobaran api membakar struktur kanvas paviliun yang hanya memiliki tiga dinding, sementara kesaksian peserta menggambarkan kepanikan saat asap hitam menyebar.
Salah seorang sukarelawan Gabi Andrade yang sedang berada di Paviliun Singapura menceritakan detik-detik evakuasi.
"Seorang petugas keamanan menarik tangannya dan membawanya ke pintu keluar sementara dia menangis dan berteriak 'kebakaran'," ungkap Andrade, dikutip dari
NPR, Jumat, 21 November 2025.
Andrade mengungkapkan kekecewaannya atas insiden ini yang dapat mengganggu reputasi Brasil sebagai tuan rumah.
Dampak dan respons
Tiga belas korban keracunan asap langsung mendapatkan perawatan medis, sementara kerugian material masih dalam perhitungan. Insiden ini menyoroti masalah kesiapan infrastruktur untuk acara berskala global, mengingat selama pra-konferensi pun suara konstruksi masih terdengar di sela-sela pidato resmi.
Pemerintah Brasil berjanji melakukan investigasi menyeluruh, sementara delegasi dari berbagai negara mendesak perbaikan protokol keselamatan. Meski tidak ada korban jiwa, kejadian ini mengganggu proses diplomasi iklim di hari-hari penutupan konferensi yang membahas isu-isu kritis perubahan iklim.
Reputasi Brasil sebagai pemimpin lingkungan juga dipertaruhkan, terlebih konferensi ini merupakan ajang penting untuk menunjukkan komitmen global dalam perlindungan hutan Amazon.
(Muhammad Adyatma Damardjati)