Kesaksian Korban Longsor Cilacap: Detik-Detik Mencekam Saat Tanah Bergerak

Longsor di Cilacap. (Media Indonesia)

Kesaksian Korban Longsor Cilacap: Detik-Detik Mencekam Saat Tanah Bergerak

Media Indonesia • 14 November 2025 22:31

Cilacap: Bencana longsor yang menerjang Desa Cibeunying, Kecamatan Majenang, Cilacap, Jawa Tengah, pada Kamis malam, 13 November 2025, menyisakan kisah pilu. Material longsor yang menimbun dua dusun, yakni Tarukahan dan Cibuyut, menyebabkan tiga warga tewas dan 20 lainnya masih tertimbun hingga Jumat, 14 November 2025.

Longsor dipicu hujan berintensitas tinggi sejak sore hari, membuat tebing setinggi 60 meter ambruk dan menghantam permukiman warga sekitar pukul 20.00 WIB.

Terseret Lumpur 15 Meter

Salah satu korban selamat, Daryana, tidak mampu menahan kesedihannya setelah kehilangan istri dan anak. Putrinya, Maya, ditemukan pada Kamis malam, sedangkan istrinya, Yuni, ditemukan pada Jumat siang.

Ia mengisahkan bahwa pada malam itu warga desa tengah melaksanakan tahlilan rutin. Sesaat setelah pulang, suara gemuruh terdengar dari arah perbukitan.

“Saya berlari ke rumah dan meminta kepada istri dan anak saya untuk keluar rumah,” ujar Daryana.

Pencarian korban longsor di Cilacap. (MI)

Namun bencana datang begitu cepat. Material tanah menyeret tubuhnya hingga 15 meter, membuatnya terjebak lumpur hingga setengah badan.

“Saya tidak bisa bergerak, hanya mengikuti lumpur yang terus bergerak. Saya tidak sempat menyelamatkan anak istri,” katanya lirih.
   

Melihat Tanah Bergerak Seperti “Ular Berenang”

Kesaksian dramatis lainnya datang dari Imam Faedi, warga yang rumahnya ikut terdorong longsor. Ia tengah duduk bersama tiga rekannya di depan rumah sambil menikmati kopi ketika suara gemuruh keras terdengar.

“Tiba-tiba ada suara gemuruh seperti pesawat. Saya berdiri, lihat ke depan seperti gumpalan asap. Lalu kayu beterbangan, dan di belakangnya tanah,” kata Imam.

Ia menggambarkan pergerakan tanah itu seperti sesuatu yang hidup.

“Yang terakhir itu kayak ular lagi berenang di kali, goyang, set, jess,” ujarnya.

Ketika mengingat dua anaknya berada di dalam rumah, Imam berlari secepat mungkin. Rumahnya telah terdorong material tanah, kayu, dan batu. Ia lega karena keduanya berhasil selamat meski anak bungsunya ditemukan dalam kondisi syok.

Gelap, Tanah Bergerak, dan Teriakan Minta Tolong

Imam menambahkan bahwa kondisi gelap, hujan, dan tanah labil membuat proses penyelamatan warga berlangsung kacau. Banyak warga hanya bisa berlari menyelamatkan diri.

Teriakan minta tolong baru terdengar setelah pergerakan tanah mulai berhenti. Jarak longsoran dari titik tebing ke permukiman diperkirakan mencapai dua kilometer.

“Tanah yang di atas itu sudah turun kurang lebih 2 meter. Tadinya diprediksi longsor turun ke arah lain, makanya warga di sana sempat diminta ngungsi,” jelasnya.

Proses Evakuasi Masih Terkendala

Hingga Jumat sore, upaya evakuasi masih terus dilakukan. Tim SAR, BPBD, dan relawan menghadapi kendala berupa hujan, akses alat berat, serta material longsoran yang tebal dan labil. Evakuasi bahkan sempat dihentikan pada pukul 15.30 WIB karena hujan.

Tiga alat berat dikerahkan, namun proses pencarian 20 warga yang masih tertimbun diperkirakan membutuhkan waktu lebih lama. (MI/LD)

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
Viral!, 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(Lukman Diah Sari)