Taiwan Sebut Mustahil bagi AS untuk Mundur dari Urusan Asia Pasifik

Kapal perang AS berlayar di Laut China Selatan. (Anadolu Agency)

Taiwan Sebut Mustahil bagi AS untuk Mundur dari Urusan Asia Pasifik

Willy Haryono • 4 March 2025 14:40

Taipei: Taiwan mengatakan "mustahil" bagi Amerika Serikat untuk mundur dari urusan Asia Pasifik, terlepas dari keraguan yang berkembang tentang kesediaan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump untuk menegakkan komitmen keamanan Washington.

"Kami memang memperhatikan situasi internasional yang berubah cepat dan rumit dan sangat memahami bahwa kita tidak bisa hanya berbicara tentang nilai-nilai, tapi juga kepentingan nasional," kata Menteri Pertahanan Taiwan Wellington Koo kepada awak media di hari Senin.

"Jadi kita harus bertanya: Menjaga perdamaian dan stabilitas di kawasan Indo-Pasifik, termasuk status quo di Selat Taiwan dan Laut China Selatan, apakah itu kepentingan nasional inti AS?" kata Koo.

"Saya pikir tidak mungkin bagi Amerika Serikat untuk mundur dari Indo-Pasifik karena itu adalah (bagian dari) kepentingan nasional inti mereka,” sambungnya, dikutip dari Al Jazeera, Selasa, 4 Maret 2025.

Koo juga mengatakan Taiwan akan terus mengandalkan "pencegahan dan kekuatan untuk mencapai perdamaian" dengan Tiongkok.

Pernyataan Koo muncul setelah Trump memerintahkan penghentian sementara semua bantuan militer ke Ukraina dalam eskalasi dramatis pertikaiannya dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky.

Hingga saat ini, Washington telah menjadi pendukung militer utama Ukraina dalam perangnya dengan Rusia.

Meski AS tidak secara resmi mengakui Taiwan sebagai sebuah negara, AS berkewajiban memberi Taipei sarana untuk mempertahankan diri berdasarkan Undang-Undang Hubungan Taiwan tahun 1979.

Kesediaan Trump untuk membatalkan hubungan AS yang telah lama terjalin telah menimbulkan kekhawatiran bahwa ia dapat melakukan hal yang sama di Asia Timur.

Taiwan merupakan bagian penting dari strategi pertahanan "Rangkaian Pulau Pertama" AS, garis imajiner yang membentang dari Malaysia hingga Jepang yang diharapkan dapat menahan Tiongkok agar tidak berekspansi ke Pasifik.

Pulau yang memiliki pemerintahan sendiri ini juga terletak di sebelah salah satu jalur air terpenting untuk perdagangan internasional.

Pada tahun 2022, 88 persen kapal terbesar di dunia berdasarkan tonase melewati Selat Taiwan, menurut Risk Intelligence, sebuah firma intelijen perusahaan yang berbasis di Denmark.

Baca juga:  Lagi Tegang, Kapal Perang AS Malah Berlayar di Laut China Selatan

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Willy Haryono)