Kapal Global Sumud Flotilla (GSF) berlayar secara bertahap dari Tunisia. Foto: Chairul Akhmad
Fajar Nugraha • 16 September 2025 17:29
Doha: Para Menteri Luar Negeri Bangladesh, Brasil, Kolombia, Indonesia, Irlandia, Libya, Malaysia, Maladewa, Meksiko, Pakistan, Qatar, Oman, Slovenia, Afrika Selatan, Spanyol, dan Turki menyampaikan keprihatinan atas keselamatan Global Sumud Flotilla. Gerakan ini adalah inisiatif masyarakat sipil yang melibatkan partisipasi warga negara masing-masing.
“Global Sumud Flotilla telah menyampaikan tujuannya untuk menyalurkan bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza, serta meningkatkan kesadaran mengenai kebutuhan kemanusiaan yang mendesak bagi rakyat Palestina, sekaligus mendesak dihentikannya perang di Gaza,” sebut pernyataan yang dikutip dari situs Kemlu.go.id, Selasa 16 September 2025.
“Kedua tujuan tersebut—perdamaian dan penyaluran bantuan kemanusiaan, serta penghormatan pada hukum internasional, termasuk hukum humaniter, merupakan komitmen yang juga dipegang oleh Pemerintah kami,” lanjut pernyataan tersebut.
“Oleh karena itu, kami menyerukan kepada semua pihak untuk menahan diri dari segala tindakan melawan hukum atau kekerasan terhadap Flotilla, serta menghormati hukum internasional dan hukum humaniter internasional,” tegas pernyataan para Menlu.
Para Menlu pun menegaskan kembali bahwa setiap pelanggaran terhadap hukum internasional dan hak asasi manusia para peserta Flotilla, termasuk serangan terhadap kapal di perairan internasional atau penahanan yang melanggar hukum, akan menimbulkan permintaan pertanggungjawaban.
Sementara untuk Untuk menghindari penumpukan massa di pelabuhan dan untuk memudahkan proses imigrasi, kapal-kapal Global Sumud Flotilla berlayar secara bertahap dari beberapa pelabuhan di Tunisia.
Di Tunisia terdapat tiga pelabuhan yang jadi titik tolak pelayaran GSF, yakni Sidi Bou Said, Gammarth, dan Bizerte. Selain Tunisia, kapal-kapal GSF juga berlayar dari Italia dan Yunani, termasuk lima kapal Indonesia.
Salah satu anggota Steering Committe (SC) GSF, Muhammad Nadir al-Nuri, mengatakan, pihaknya sengaja memberangkatkan kapal secara bertahap untuk mempermudah pelayaran.
Indonesia, lanjut pria yang juga Koordinator Sumud Nusantara ini, telah memberikan keputusan yang matang dan bijak. Walau delegasinya tidak berlayar, namun Indonesia telah banyak berbuat untuk misi ini. Mulai dari menyumbang kapal hingga memberikan bantuan-bantuan lain kepada delegasi-delegasi dari berbagai negara.
Di lain pihak, Koordinator Indonesia Global Peace Convoy (IGPC) Muhammad Husein, mengatakan empat kapal Indonesia telah berlayar dari Italia dan satu kapal berlayar dari Yunani.
"Kapal-kapal tersebut akan bertemu di tengah laut dengan kapal-kapal yang berlayar dari Tunisia. Tidak ada kapal Indonesia yang berlayar dari Tunisia," jelas Husein.
Adapun soal kapal 'observer' (pengamat), kata Husein, akan diisi oleh tokoh-tokoh atau figur ternama. Kapal ini akan berlayar dalam satu atau dua hari kemudian. Kapal ini akan menjadi kapal terakhir yang berlayar ke Gaza.