Pemakaman warga yang tewas dalam serangan Israel di Qatar. Foto: Qatar TV
Doha: Qatar menyelenggarakan upacara pemakaman bagi enam korban tewas dalam serangan Israel terhadap pemimpin Hamas di ibu kota Doha. Pemakaman tersebut berlangsung di Masjid Sheikh Mohammed bin Abdul Wahhab dan dihadiri berbagai pemimpin Arab sebagai bentuk solidaritas.
Siaran langsung televisi Qatar pada Kamis memperlihatkan satu peti jenazah dibalut bendera Qatar dan lima lainnya dengan bendera Palestina dibawa ke Masjid Imam Muhammad ibn Abd al-Wahhab di Doha.
"Suasana hati menjadi suram sejak jumlah korban tewas akibat upaya pembunuhan Israel yang gagal terhadap pimpinan Hamas di Doha diumumkan awal minggu ini," ujar Osama Bin Javed dari Al Jazeera.
“Kami mendengar Perdana Menteri Qatar memberikan doa khusus untuknya pada upacara pemakaman,” ujar Javed.
Emir Qatar, Sheikh Tamim bin Hamad Al Thani, tampak berada di barisan depan pemakaman, sebagai simbol bahwa Qatar berdiri bersama rakyatnya, khususnya mereka yang gugur dalam serangan mendadak di wilayah negara anggota Dewan Kerjasama Teluk (GCC), demikian laporan Bin Javed dari Doha.
Serangan Israel pada Selasa lalu menargetkan para pemimpin Hamas yang sedang bermusyawarah di Doha terkait usulan gencatan senjata Gaza yang diajukan Presiden Amerika Serikat Donald Trump.
Sedikitnya enam orang meninggal dalam serangan itu, terdiri dari lima anggota Hamas berpangkat rendah. Namun, Hamas menegaskan para pemimpin utamanya berhasil lolos dari percobaan pembunuhan tersebut.
Seorang anggota militer Qatar, Kopral Badr Saad Mohammed al-Humaidi al-Dosari, juga tercatat sebagai salah satu korban tewas.
Usai serangan di Doha, Presiden AS Donald Trump menyatakan dirinya merasa "sangat prihatin" dengan lokasi serangan tersebut dan menambahkan kepada wartawan bahwa ia "tidak puas" dengan langkah yang diambil Israel.
Sementara itu, Daniel Levy, mantan penasihat pemerintah Israel, menilai bahwa serangan Israel terhadap delegasi Hamas di Qatar bukan hanya ditujukan kepada kelompok Palestina, melainkan juga ditujukan sebagai pesan bagi kawasan secara keseluruhan.
"Entah ikut serta dalam proyek hegemoni regional kami, yang mencakup penggusuran dan pembersihan etnis warga Palestina, atau kami tantang Anda karena kami didukung Amerika dan kami tak tergoyahkan secara militer," ujar Mantan Penasihat Pemerintah Israel, Daniel Levy.
Negara-negara Arab tunjukkan dukungan bersama
Sejumlah pemimpin Arab dan Muslim berdatangan ke Doha pasca serangan Israel yang dianggap belum pernah terjadi sebelumnya. Di antaranya Presiden Uni Emirat Arab, Sheikh Mohamed bin Zayed Al Nahyan, yang bertemu dengan Emir Qatar pada Rabu.
Perdana Menteri Pakistan, Shehbaz Sharif, juga tiba di ibu kota Qatar untuk menyampaikan dukungan negaranya kepada negara Teluk tersebut. Sementara itu, Putra Mahkota Arab Saudi, Mohammed bin Salman, dijadwalkan hadir di Doha pada Kamis.
Selain itu, Emir Qatar turut menerima pesan solidaritas langsung dari Presiden Mesir Abdel Fattah el-Sisi pada Kamis, yang disampaikan melalui Menteri Luar Negeri Mesir, Badr Abdelatty, dalam pertemuan di Doha.
Kementerian Luar Negeri Mesir menyatakan bahwa kunjungan Abdelatty dimaksudkan untuk menunjukkan “solidaritas penuh” negaranya terhadap Qatar sekaligus membahas langkah menghadapi eskalasi berbahaya yang dilakukan Israel serta menyelaraskan posisi dengan pejabat tinggi Qatar.
Menurut kantor berita resmi QNA, Qatar juga akan menggelar Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) darurat Arab-Islam di Doha pada Minggu dan Senin guna membahas serangan Israel. Pertemuan ini dipandang sebagai sinyal kemungkinan terbentuknya respons kolektif dari kawasan.
Pengumuman tersebut disampaikan bertepatan dengan sidang darurat Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada Kamis, yang sebelumnya ditunda sehari agar Perdana Menteri Qatar dapat hadir.
Dalam sidang itu, seluruh 15 anggota, termasuk Amerika Serikat, mengecam serangan tersebut. Namun, mereka tidak secara eksplisit menyebut Israel dalam pernyataan yang menekankan perlunya “de-eskalasi” serta menegaskan “dukungan terhadap kedaulatan dan integritas wilayah” Qatar.
“Anggota dewan menegaskan bahwa pembebasan para sandera, termasuk mereka yang tewas di tangan Hamas, serta upaya mengakhiri perang dan penderitaan di Gaza harus tetap menjadi prioritas utama,” demikian isi pernyataan tersebut.
Hamas mengutuk serangan tersebut
Juru bicara Hamas, Fawzi Barhoum, dalam pernyataan yang disiarkan televisi pada Kamis, mengecam upaya Israel membunuh delegasi negosiasi Hamas di Doha dan ancaman lanjutan untuk menargetkan pimpinan mereka di luar negeri. Menurut Barhoum, tindakan itu menunjukkan kegagalan Israel mencapai tujuan setelah 23 bulan perang yang menurutnya telah menewaskan lebih dari 64.000 warga Palestina.
Dalam pidato pertama kelompok sejak serangan Selasa, Barhoum menegaskan Hamas akan terus berjuang meski ada upaya pembunuhan tersebut. Ia mengatakan serangan itu tidak hanya menargetkan delegasi negosiasi, melainkan mencoba menghancurkan seluruh proses perundingan, namun tidak akan menggoyahkan tekad mereka.
Serangan Selasa merupakan serangan pertama Israel terhadap wilayah Qatar negara yang selama ini menjadi mediator penting dalam perundingan gencatan senjata antara Israel dan Hamas. Perdana Menteri Qatar, Sheikh Mohammed bin Abdulrahman bin Jassim Al Thani, mengecam penargetan terhadap delegasi Hamas sebagai “terorisme negara” dan memperingatkan akan ada respons dari kawasan yang masih dibahas bersama mitra-mitra regional, sambil memperingatkan risiko bagi seluruh Teluk.
"Saya katakan kepada Qatar dan semua negara yang melindungi teroris, usir mereka atau bawa mereka ke pengadilan. Karena jika tidak, kami yang akan melakukannya," ujar Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, pada hari Rabu.
Dalam dua tahun terakhir, Israel telah menewaskan sejumlah tokoh militer dan politik Hamas, termasuk pemimpin politik Yahya Sinwar; komandan militer Mohammed Deif, yang juga salah satu pendiri Brigade Qassam pada 1990-an; serta kepala biro politik Ismail Haniyeh, yang dibunuh di Teheran, Iran.
Menanggapi hal itu, Kementerian Luar Negeri Qatar mengecam pernyataan Perdana Menteri Israel, menyebutnya sebagai “upaya memalukan untuk melegitimasi serangan pengecut yang menargetkan wilayah Qatar, sekaligus ancaman jelas terhadap kedaulatan negara di masa depan.”
Pada Kamis, Kementerian Luar Negeri Uni Emirat Arab juga mengutuk keras komentar Netanyahu, menyebutnya sebagai “tindakan bermusuhan.”
“Setiap bentuk agresi terhadap negara anggota
Gulf Cooperation Council (GCC) merupakan serangan terhadap sistem keamanan kolektif Teluk,” tegas Kementerian, sambil memperingatkan bahwa “retorika provokatif dan bermusuhan semacam ini hanya akan mengikis prospek stabilitas serta menyeret kawasan ke arah yang sangat berbahaya.”
(Muhammad Fauzan)