Uji coba peluncuran rudal yang dapat dipasangi hulu ledak nuklir. (Anadolu Agency)
Muhammad Reyhansyah • 3 November 2025 16:01
Washington: Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menuduh Rusia dan Tiongkok diam-diam turut melakukan uji coba senjata nuklir, dan kedua negara tersebut tidak pernah membicarakannya secara terbuka.
Tudingan tersebut dilontarkan Trump dalam wawancara dengan program 60 Minutes yang ditayangkan CBS News, Minggu, 2 November
“Rusia sedang melakukan uji coba, dan Tiongkok juga melakukan uji coba, tetapi mereka tidak membicarakannya,” ujar Trump saat menanggapi pernyataan pembawa acara Norah O’Donnell, yang menegaskan bahwa satu-satunya negara yang diketahui menguji senjata nuklir saat ini adalah Korea Utara.
Dikutip dari Anadolu Agency, Senin, 3 Noember 2025 pernyataan itu muncul tiga hari setelah Trump memerintahkan militer AS untuk memulai kembali program uji coba senjata nuklir—kebijakan yang telah dihentikan selama lebih dari 30 tahun.
“Negara lain melakukan uji coba. Hanya kita yang tidak. Dan saya tidak ingin menjadi satu-satunya negara yang tidak melakukan uji coba,” katanya, sambil menambahkan bahwa sulit memastikan lokasi pengujian yang dilakukan negara lain.
Trump menegaskan dirinya tidak bermaksud menggunakan senjata tersebut, melainkan ingin memastikan efektivitasnya. “Bukankah masuk akal? Kamu membuat senjata nuklir, tapi tidak mengujinya. Bagaimana kamu tahu senjata itu berfungsi?” ucapnya.
Ia juga menyoroti kekuatan nuklir Amerika Serikat yang menurutnya “jauh melampaui negara lain.” “Kita memiliki kekuatan nuklir yang luar biasa, lebih besar dari negara mana pun. Rusia di posisi kedua, dan Tiongkok tertinggal jauh, tapi mereka akan sejajar dalam lima tahun. Mereka memproduksinya dengan cepat, dan saya pikir kita perlu melakukan sesuatu terkait denuklirisasi,” kata Trump.
Menurut Trump, AS memiliki cukup banyak senjata nuklir untuk “menghancurkan dunia hingga 150 kali,” sementara Rusia dan Tiongkok juga terus memperluas persenjataan mereka.
Baca juga: Rusia Siap Gelar Uji Coba Nuklir Jika AS Melakukannya Lebih Dulu