Profesor Rimba Tanpa Gelar dari Aceh, 40 Tahun Menjaga Hutan Leuser

Sosok Profesor Rimba, Ibrahim. (Metrotvnews.com/Fajri)

Profesor Rimba Tanpa Gelar dari Aceh, 40 Tahun Menjaga Hutan Leuser

Fajri Fatmawati • 25 October 2025 08:35

Aceh: Di kedalaman hutan Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL), langkah seorang pria berusia 62 tahun terdengar menyusuri rimba lebat. Dialah Ibrahim, sosok yang dijuluki “Profesor Rimba” karena pengetahuannya luas tentang alam, meski tak memiliki gelar akademik.

Selama lebih dari empat dekade, pria asal Kutacane, Kabupaten Aceh Tenggara, ini mendedikasikan hidupnya menjaga salah satu hutan tropis paling penting di dunia. Ia bekerja bersama Forum Konservasi Leuser (FKL) sebagai supervisor riset di Stasiun Penelitian Soraya, Subulussalam, Aceh.

“Nama saya Ibrahim. Saya bukan orang sekolah tinggi, tapi belajar dari pengalaman di hutan,” ujar Ibrahim dengan nada rendah hati saat ditemui tim Metrotvnews.com di Stasiun Penelitian Soraya.


Sosok Profesor Rimba, Ibrahim.  (Metrotvnews.com/Fajri)

Belajar Langsung dari Alam

Bagi banyak peneliti, baik lokal maupun mancanegara, Ibrahim adalah legenda hidup. Ia memahami ratusan jenis tumbuhan dan satwa tanpa pernah duduk di bangku kuliah. Semua ilmunya diperoleh dari pengalaman di alam sejak 1986.

“Saya belajar dari orang tua dan senior-senior yang dulu bekerja di Leuser, khususnya di Ketambe, sejak tahun 1970-an,” tutur Ibrahim.

Hutan  Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL).

Selama bertahun-tahun, ia hidup di tengah hutan. Saat bekerja dengan WWF, Ibrahim pernah tinggal di dalam hutan selama tiga bulan tanpa turun ke permukiman. “Logistik di-drop dari luar. Kadang kami minum air dari kantong semar dan menyaringnya pakai kaus kaki,” kenangnya.

Pahit dan Manis Hidup di Hutan

Setiap pengabdian memiliki rintangan. Begitu pula Ibrahim. Medan berat, kehabisan perbekalan, hingga ancaman satwa liar menjadi bagian kesehariannya. Namun semua rasa lelah sirna saat melihat hutan tetap lestari.

“Kalau sudah sampai di puncak dan lihat hutan masih bagus, hilang semua capek,” ujar Ibrahim.

Ia kerap berpapasan dengan gajah dan harimau, namun tak pernah merasa takut. Bagi Ibrahim, satwa liar bukan ancaman, melainkan bagian dari keseimbangan alam yang harus dijaga.

 Hutan Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL)

Menjadi Guru bagi Generasi Muda

Kini, di usia senja, Ibrahim tidak berhenti berkarya. Ia menjadi mentor bagi para peneliti muda di Stasiun Riset Soraya. Tiga dari enam anaknya bahkan mengikuti jejak sang ayah di dunia konservasi.

Meski bangga, ada kepedihan yang tak bisa disembunyikan. Kerusakan hutan dan perburuan liar masih menghantui. “Sedih rasanya melihat hutan dirambah. Padahal hutan ini paru-paru dunia. Kalau rusak, bencana datang,” ucap dia penuh keprihatinan.

Empat puluh tahun pengabdian membuat Ibrahim memahami satu hal: menjaga alam sama dengan menjaga kehidupan.

“Cintailah alam seperti kita mencintai diri sendiri. Kalau kita jaga satu pohon, pohon itu akan menjaga kita,” pesan Ibrahim.

Ibrahim membuktikan bahwa gelar bukanlah ukuran pengabdian. Cinta dan ketulusan menjaga bumi menjadi gelar tertinggi yang ia sandang, Profesor Rimba dari Leuser. 

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
Viral!, 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(Lukman Diah Sari)