Ilustrasi. Foto: Freepik.
Jakarta: Keadaan ekonomi global yang bergejolak terus menjadi sorotan. Melansir laman Indian Express, sebuah laporan dari Dana Moneter Internasional (IMF) menunjukkan gambaran yang mengkhawatirkan terkait tingginya rasio utang terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) di beberapa negara pada 2025.
Laporan tersebut memproyeksikan utang publik global berpotensi melampaui level yang pernah dicapai selama pandemi covid-19, bahkan mencapai angka yang belum pernah terjadi sejak Perang Dunia II.
Data ini menunjukkan tingginya beban utang yang ditanggung oleh negara-negara tersebut, yang berpotensi menimbulkan risiko terhadap stabilitas ekonomi dan keuangan mereka.
Daftar 10 negara dengan rasio utang terhadap PDB terbesar:
1. Sudan (252 persen).
2. Jepang (234,9 persen).
3. Singapura (174,9 persen).
4. Yunani (142,2 persen).
5. Bahrain (141,4 persen).
6. Maladewa (140,8 persen).
7. Italia (137,3 persen).
8. Amerika Serikat (122,5 persen).
9. Prancis (116,3 persen).
10. Kanada (112,5 persen).
(Ilustrasi. Foto: Freepik)
Sudan menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan rasio utang terhadap PDB tertinggi di dunia, mencapai angka yang sangat mengkhawatirkan yaitu 252 persen. Kondisi ini sebagian besar disebabkan oleh konflik berkepanjangan dan tantangan ekonomi yang signifikan yang dihadapi negara tersebut.
Posisi kedua ditempati oleh Jepang dengan rasio 234,9 persen, kondisi ini diperparah oleh defisit fiskal yang terus berlanjut dan populasi lansia yang terus meningkat. Amerika Serikat menempati peringkat kedelapan secara global dengan rasio utang terhadap PDB sebesar 122,5 persen. Posisi ini menunjukkan beban utang yang sangat besar bagi perekonomian terbesar dunia tersebut.
Utang publik global
IMF memproyeksikan utang publik global dapat melampaui 117 persen dari PDB pada 2027 dalam skenario terburuk, yang akan menjadi level tertinggi sejak Perang Dunia II. Proyeksi ini jauh lebih tinggi dibandingkan prediksi sebelumnya, menunjukkan adanya peningkatan yang signifikan dalam risiko utang global.
Faktor-faktor seperti ketidakpastian ekonomi dan geopolitik yang sedang berlangsung, termasuk deklarasi tarif terbaru dari Amerika Serikat, telah berkontribusi pada percepatan peningkatan level utang tersebut.
Sementara itu, Tiongkok berada di peringkat ke-21 dengan rasio utang terhadap PDB sebesar 96 persen, relatif lebih rendah dibandingkan negara-negara maju lainnya.
Selanjutnya, India berada di peringkat ke-31 dengan rasio 80 persen dan pemerintah pusat India menargetkan penurunan rasio utang terhadap PDB menjadi 50±1 persen pada 31 Maret 2031.
Laporan IMF ini memberikan gambaran yang komprehensif tentang situasi utang global dan menekankan pentingnya langkah-langkah yang tepat untuk mengelola dan mengurangi risiko utang yang tinggi.
Kenaikan rasio utang yang signifikan di berbagai negara menunjukkan perlunya perhatian serius dari para pembuat kebijakan untuk mencegah potensi krisis ekonomi dan keuangan di masa depan. Ketidakpastian ekonomi dan geopolitik yang berkelanjutan hanya akan memperburuk situasi ini, sehingga diperlukan strategi yang komprehensif untuk mengatasi tantangan tersebut. (
Laura Oktaviani Sibarani)