Ilustrasi dapur MBG/SPPG. Foto: Metrotvnews.com/Hendrik Simorangkir.
Ahmad Mustaqim • 9 December 2025 14:18
Yogyakarta: Badan Gizi Nasional (BGN) mengerahkan lebih dari 300 Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) untuk membantu memenuhi kebutuhan makanan para pengungsi korban banjir dan longsor di Aceh, Sumatra Barat, dan Sumatra Utara. Unit layanan yang semula ditujukan untuk anak sekolah ini dialihfungsikan menjadi dapur umum darurat.
“Sampai sekarang 319 SPPG melayani pengungsi di Aceh, Sumut, dan Sumbar,” kata Kepala Badan Gizi Nasional (BGN), Dadan Hindayana di Yogyakarta, Selasa, 9 Desember 2025.
Ia menjelaskan, SPPG berfungsi sebagai dapur yang melayani berbagai kelompok rentan di pengungsian, mulai dari anak-anak, ibu hamil, balita, hingga masyarakat umum. Dana operasional telah dikirimkan untuk memastikan kelancaran program.
“Iya, karena kami sudah kirimkan uang cukup ke masing-masing SPPG yang menangani pengungsi agar tetap melaksanakan programnya,” jelasnya, merespons permintaan keterlibatan dari BNPB, TNI-Polri, dan Kementerian Sosial.
Meski berperan penting, Dadan mengakui sejumlah SPPG turut terdampak bencana. “Ada, tapi jumlahnya belum kami identifikasi. Ada di Sumatera Utara 44 tidak aktif, Aceh kurang lebih 180-an tidak aktif. Belum kami identifikasi, apakah karena gangguan sinyal atau SPPG hilang,” ucapnya.
Program Makan Bergizi Gratis (MBG) tetap dijalankan di lokasi yang memungkinkan, misalnya 81 SPPG yang masih aktif di Aceh. Dadan menyatakan, SPPG di daerah terdampak kini difokuskan untuk membantu pengungsi. Jumlah relawan yang terlibat masih dalam proses pendataan karena penyebarannya yang luas.
.jpg)
Petugas mengoperasikan eskavator untuk membersihkan jalan akses antardesa dari batang-batang kayu gelondongan pascabanjir bandang di Desa Tanjung Karang, Karang Baru, Kabupaten Aceh Tamiang, Aceh, Minggu, 7 Desember 2025. ANTARA FOTO/Erlangga Bregas Prako
“Ada (relawan), kami belum tahu jumlahnya berapa karena tersebar luas. Setelah situasi normal kembali ke masa rekonstruksi, baru kami tahu,” pungkas Dadan Hindayana.
Upaya ini merupakan bagian dari strategi darurat untuk mencegah terjadinya krisis gizi, terutama pada kelompok rentan, di tengah kondisi bencana yang melumpuhkan akses pangan normal.