Lebanon dan Israel Gelar Pembicaraan Langsung Pertama dalam 40 Tahun

Perdana Menteri Lebanon, Nawaf Salam. Foto: Anadolu

Lebanon dan Israel Gelar Pembicaraan Langsung Pertama dalam 40 Tahun

Fajar Nugraha • 4 December 2025 16:05

Naqoura: Perwakilan sipil dari Lebanon dan Israel bergabung dalam sesi komite pemantauan gencatan senjata yang dipimpin Amerika Serikat (AS) di Naqoura yang menandai pembicaraan langsung pertama antara kedua negara dalam 40 tahun terakhir.

Perdana Menteri Lebanon, Nawaf Salam, pada Rabu, 3 Desember, mengatakan, bahwa Beirut siap terlibat dalam negosiasi yang melampaui masalah keamanan, tetapi juga menekankan, bahwa pembicaraan ini bukanlah negosiasi damai.

Salam mengatakan, negosiasi ini hanya bertujuan pada penghentian permusuhan, pembebasan sandera Lebanon, dan penarikan penuh Israel dari wilayah Lebanon. Ia menegaskan, Lebanon tetap berkomitmen pada Inisiatif Perdamaian Arab 2022 yang menawarkan normalisasi penuh hubungan dengan Israel sebagai imbalan atas penarikan Israel sepenuhnya dari wilayah yang diduduki pada 1967 dan tidak berniat menyimpulkan kesepakatan damai terpisah dengan Israel.

"Partisipasi utusan sipil dapat memabntu meredakan ketegangan dan mencatat, bahwa serangan udara mematikan Israel baru-baru ini adalah tanda jelas meningkatnya eskalasi," ujar Salam, seperti dikutip dari Al Jazeera, Kamis 4 Desember 2025. Komite tersebut berlangsung selama tiga jam di sepanjang Garis Biru, perbatasan antara Lebanon dan Israel.

Pernyataan yang dikeluarkan setelahnya, menyambut baik penambahan utusan sipil sebagai langkah penting menuju penguatan proses dialog sipil dan militer yang berkelanjutan dan berharap dapat memelihara perdamaian di sepanjang perbatasan yang telah bergejolak. 

Pertemuan ini terjadi di tengah meningkatnya kekhawatiran eskalasi baru setelah serangan udara Israel menghantam ibu kota Lebanon bulan lalu yang menargetkan anggota dan fasilitas Hezbollah. Israel juga tetap menempatkan pasukan di lima wilayah setalan, walaupun gencatan senjata mengharuskan penarikan penuh.

Juru Bicara Pemerintah Israel, Shosh Bedrosian, dalam konferensi pers daring, mengatakan, bahwa pertemuan hari Rabu adalah perkembangan bersejarah. Ia mengatakan, pertemuan langsung antara Israel dan Lebanon terjadi sebagai hasil upaya Netanyahu mengubah wajar Timur Tengah dan peluang unik guna menciptakan perdamaian dengan tetangga.

Penunjukkan Simon Karam, seorang pengacara dan mantan duta besar untuk Washington pada awal 1990-an, untuk mewakili Beirut memicu kritik dari beberapa aktor politik Lebanon yan memandang langkah tersebut sebagai konsesi. Salam membela keputusan tersebut dan menegaskan, bahwa penunjukkan tersebut memilii dukungan nasional dan sah secara politik.

Salam juga menuduh Netanyahu melebih-lebihkan signifikasi penunjukkan tersebut, menegaskan bahwa Beirut tidak memasuki negosiasi damai.

Salam mengatakan, Lebanon terbuka untuk memperluas mandat komite guna mencakup verifikasi langsung atas klaim Israel, bahwa Hezbollah melakukan persenjataan kembali, serta pemantauan upaya tentara Lebanon untuk membongkar infrastruktur kelompok tersebut. Ketika ditanya mengenai adanya keterlibatan pasukan Prancis atau AS dilapangan, Salam mengatakan tentu saja.

Hezbullah berada di bawah tekanan politik dan diplomatik yang meningkat untuk melucuti senjata, seraya Israel dan AS mendesak kelompok itu menyerahkan senjatanya setelah melancarkan serangan terhadap Israel sebagai dukungan bagi Palestina di Gaza.  Hezbollah menolak seruan untuk pelucutan senjata, menggambarkannya sebagai upaya bersama AS-Israel untuk melemahkan Lebanon.

Pemimpin Hezbullah, Naim Qassem, mengatakan kelompok tersebut berhak membalas pembunuhan kepala militer utamanya oleh Israel dan berulang kali menolak negosiasi apa pun dengan Israel sebagai jebakan. Salam mengatakan pada hari Rabu, bahwa ia telah menerima pesan Israel yang mengisyaratkan kemungkinan eskalasi, tetapi tanpa batas waktu spesifik dan utusan yang mengunjungi Beirut percaya situasinya berbahaya dan dapat memburuk.

Ia menegaskan kembali, bahwa Hezbollah harus melepaskan senjatanya dan menyebut ini sebagai elemen penting untuk partisipasi kelompok tersebut dalam pembangunan negara. Persenjataan kelompok itu berpendapat, bahwa tidak menghalangi Israel dan tidak melindungi Lebanon.

Salam menambahkan, pemerintah telah merebut kembali keputusan atas perang dan perdamaian. Ia mengatakan, Lebanon tidak mengizinkan petualangan yang menyeret kita ke dalam perang lain dan harus belajar dari pengalaman mendukung Gaza.


(Kelvin Yurcel)

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
(Fajar Nugraha)