Ilustrasi. Foto: Dokumen Kementerian Keuangan
Jakarta: Sektor industri dinilai menentukan laju perekonomian Indonesia. Sayangnya, Kementerian Perindustrian yang mengurusi ketentuan dan aturan sektor industri justru tampak alpa. Beberapa kebijakan yang ditelurkan tak bisa mendorong perkembangan geliat industri di Tanah Air.
"Kegagalan
mendorong ekonomi tumbuh di atas enam persen karena faktor ini di mana sektor industri tumbuh rendah dan bergerak sangat lambat. Ini terjadi karena absen dan kekosongan kebijakan industri dan Kementerian Perindustrian yang dorman," ujar Ekonom Senior sekaligus pendiri Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Didik J. Rachbini dilansir
Media Indonesia, Selasa, 18 Juni 2024.
Selama ini, menurut dia, Kementerian Perindustrian berperan amat terbatas dengan kebijakan yang lemah dan tidak bernilai signifikan untuk memajukan sektor industri.
Secara terus-menerus sektor itu tumbuh di bawah lima persen, sehingga tidak punya daya dorong dan tidak mampu mengangkat pertumbuhan ekonomi tinggi.
Bahkan sektor industri seolah berada di ujung jalan dengan tingkat pertumbuhan rendah, berkisar 3-4 persen. Hal itu dianggap sebagai buah ketiadaan dan absen kebijakan industri.
"Industri dimatikan karena kebijakan yang surut dan tidak memberikan kesempatan, ruang dan dorongan bagi industri nasional," tutur Didik.
Jika kebijakan industri terus terjadi seperti selama 1-2 dekade terakhir ini, lanjutnya, maka sebaiknya lupakan janji-janji pemerintahan baru ke depan untuk memajukan ekonomi tumbuh tinggi akan bisa tercapai.
Pertumbuhan industri rendah
Alih-alih terwujud, besar kemungkinan pertumbuhan ekonomi akan selalu di bawah lima persen karena terseret pertumbuhan industri yang sangat rendah.
Padahal ada bukti nyata yang semestinya dapat diadopsi pemerintah. Vietnam dan India, misalnya, berhasil mencapai angka pertumbuhan ekonomi yang tinggi lantaran berhasil menjadikan sektor industri sebagai lokomotif pertumbuhan.
Sektor industri di India tumbuh dua digit, sehingga menarik ekonomi bertumbuh hingga ke tujuh persen. Sebaliknya, dalam dua dekade terakhir, sektor industri Indonesia hanya tumbuh di bawah lima persen, sehingga mustahil bisa menarik pertumbuhan ekonomi sampai di atas enam persen.
Kegagalan Indonesia mencapai angka pertumbuhan ekonomi yang tinggi merupakan akibat dari gagalnya pemerintah menjadikan sektor industri sebagai pemain utama.
"Sekaligus karena kementrian perindustrian mandek dan mandul dalam menjalankan kebijakan industrinya. Faktor kritis dalam pertumbuhan ekonomi di masa pemerintahan berikutnya nanti terletak di kementerian ini," terang Didik.
Stagnasi pertumbuhan Indonesia
Stagnasi pertumbuhan Indonesia di kisaran lima persen dalam satu dekade terakhir terjadi karena ekonomi hanya bertumpu pada konsumsi dan sektor jasa, yang sedianya didominasi dari sektor informal.
Dengan sektor jasa yang tidak modern dan hanya mengandalkan konsumsi rumah tangga, imbuh Didik, maka ekonomi kehilangan navigator yang pada gilirannya ekonomi bertumbuh rendah atau moderat.
Karenanya, dia menilai janji kampanye dari presiden terpilih soal ekonomi yang akan dipacu sampai delapan persen merupakan target yang hampir mustahil. Apalagi jika itu diupayakan dengan kebijakan yang sama dan kementerian terkait tidak berbuat banyak untuk mengubah keadaan.
"Jika ingin berbeda dari pemerintahan sebelumnya, maka kunci sukses terletak pada sukses atau tidaknya membenahi kementrian industri dan kebijakan industrinya. Tanpa itu, Indonesia akan menjadi underdog di ASEAN," ucap Didik. (M Ilham Ramadhan)