Kehancuran akibat serangan udara Israel di Jalur Gaza. (EPA)
Medcom • 10 September 2024 13:51
Gaza: Perang antara Israel dan kelompok pejuang Palestina Hamas di Jalur Gaza tepat memasuki bulan ke-12 pada Sabtu lalu, dengan sedikit tanda-tanda akan mereda. Harapan adanya gencatan senjata dan kesepakatan pertukaran sandera juga masih tipis.
Saat ini, baik Israel maupun Hamas masih berpegang teguh pada posisi masing-masing.
Hamas menuntut penarikan penuh pasukan Israel dari Gaza pada 7 Oktober, sementara Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, menegaskan bahwa pasukan Israel harus tetap berada di sepanjang pinggiran Gaza-Mesir.
Amerika Serikat (AS), Qatar, dan Mesir selama ini berusaha memediasi penyelesaian konflik. Menurut otoritas Gaza, serangan Israel ke wilayah terkepung tersebut sejak 7 Oktober 2023 telah menewaskan setidaknya 40.939 orang, sebagian besar perempuan dan anak-anak.
Serangan lintas batas Hamas ke Israel pada 7 Oktober tahun lalu menewaskan 1.205 orang, sebagian besar warga sipil, termasuk beberapa sandera yang tewas dalam penahanan, menurut angka resmi Israel.
Dari 251 sandera yang ditahan Hamas, 97 masih berada di Gaza, termasuk 33 yang dilaporkan sudah tewas akibat serangan militer Israel. Beberapa sandera dibebaskan selama gencatan senjata singkat pada November lalu.
Aksi protes di Israel memuncak setelah diumumkannya penemuan jasad enam sandera, termasuk seorang warga negara berkewarganegaraan ganda AS-Israel pekan lalu. Ribuan demonstran di Tel Aviv, Yerusalem, dan Haifa menurut pemerintah Netanyahu untuk segera membebaskan para sandera.
Tekanan internasional untuk mengakhiri perang juga semakin kuat setelah seorang aktivis Turki-Amerika, Aysenur Ezgi Eygi, tewas ditembak saat berunjuk rasa menentang pemukiman Israel di Tepi Barat pada Jumat lalu. Pihak keluarga Eygi menuntut penyelidikan independen atas kematiannya, sementara Turki dan Amerika Serikat mengutuk peristiwa ini.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menyebut Israel sebagai negara "barbar" dan mengajak negara-negara mayoritas Muslim untuk bersatu melawan Israel. Menanggapi hal ini, Menteri Luar Negeri Israel, Israel Katz, menyatakan bahwa Erdogan menyulut kebencian demi kepentingan Hamas. (Nithania Septianingsih)
Baca juga: Warga Palestina Korban Tewas Serangan Israel di Gaza Dekati Angka 41.000