Ekonom Yakin Tiongkok Bakal Kembali Bangkit

Ekonomi Tiongkok. Foto: Unsplash.

Ekonom Yakin Tiongkok Bakal Kembali Bangkit

Arif Wicaksono • 4 April 2024 17:53

New York: Peneliti senior dan Ekonom di Peterson Institute Nicholas R. Lardy menjelaskan ekonomi Tiongkok bisa kembali melakukan ekspansi pesat seperti yang dinikmati pada dekade-dekade sebelum pandemi.

"Meskipun pertumbuhannya lambat dalam beberapa tahun terakhir, Tiongkok kemungkinan akan tumbuh dua kali lipat dibandingkan Amerika Serikat pada tahun-tahun mendatang," tulis Lardy, dilansir Business Insider, Kamis, 4 April 2024.
 

baca juga:

Arus Investasi Asing Langsung ke Tiongkok Capai Level Terendah dalam 23 Tahun Terakhir


Produksi Domestik Bruto (PDB) nominal Tiongkok tumbuh 4,6 persen tahun lalu atau dibawah kenaikan AS sebesar 6,3 persen. Namun setelah disesuaikan dengan inflasi masing-masing negara, PDB Tiongkok melampaui AS, dengan pertumbuhan masing-masing negara sebesar 5,2 persen dan dua persen.

Kesalahpahaman seputar pertumbuhan juga datang dari fakta Washington telah secara agresif memperketat suku bunga sejak 2022. Sementara Tiongkok melakukan sebaliknya.

Hal ini menekan yuan Tiongkok, mengikis nilai PDB ketika diukur dalam dolar AS. Namun dengan kebijakan penurunan suku bunga The Fed, mata uang yuan akan terapresiasi dalam waktu dekat.

"PDB nominal yang diukur dalam dolar AS hampir pasti akan kembali berkonvergensi menuju PDB Amerika Serikat pada tahun ini dan kemungkinan akan melampaui PDB nominal AS. itu dalam waktu sekitar satu dekade," jelas dia.

Konsumsi Tiongkok naik

Lardy berargumentasi para pelaku pasar Tiongkok juga kerap dianggap terlalu hemat karena konsumen dan dunia usaha telah memprioritaskan tabungan di atas segalanya.

Sebaliknya, ia mencatat konsumsi rumah tangga melampaui pendapatan tahun lalu, sementara perusahaan-perusahaan Tiongkok meningkatkan utang, dan meningkatkan investasi di bidang manufaktur, pertambangan, utilitas, dan jasa.

"Sementara itu, banyak pihak yang tidak sepenuhnya salah jika takut akan jatuhnya investasi di sektor real estat besar-besaran di Tiongkok, meskipun hal ini berlebihan," tulis Lardy.

Misalnya saja, meskipun penurunan dramatis dalam pembangunan perumahan sejak 2021 karena para pengembang justru mengalihkan perhatiannya pada penyelesaian proyek perumahan, yang didorong oleh kebijakan pemerintah.

Beberapa pihak lain juga menyebut tindakan keras yang dilakukan Tiongkok terhadap perusahaan swasta sebagai penghambat pertumbuhan, dengan alasan bahwa tindakan tersebut telah memaksa investasi swasta terhenti dan para pengusaha lari.

"Hampir seluruh penurunan pangsa swasta terhadap total investasi setelah 2014 disebabkan oleh koreksi pasar properti yang didominasi oleh perusahaan swasta," tulisnya yang menjelaskan ketika tak memasukan real estate investasi swasta meningkat hampir sepuluh persen.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Arif Wicaksono)