Tesla. Foto: Unsplash.
Jakarta: Direktur Utama di KISI Asset Management Mustofa menuturkan perusahaan-perusahaan teknologi raksasa di AS akan tumbuh baik dalam jangka panjang. Hal ini didorong perkembangan kecerdasan buatan.
Dia mengatakan hal ini membuat penerbitan produk Reksa Dana Global Sharia adalah KISI Asset Management ingin menyediakan produk investasi bagi investor yang menginginkan eksposur di saham-saham teknologi dunia khususnya di bidang AI, Semiconductor dan EV.
"Reksa dana ini akan diinvestasikan dalam portofolio yang mencakup nama-nama terkenal secara global di bidang teknologi seperti Tesla, Nvidia, Google dan Apple," tegas dia, Kamis, 18 Juli 2024.
Selain diharapkan bisa memberikan potensi tingkat pertumbuhan yang tinggi, juga menawarkan diversifikasi investasi yang lebih luas dengan investasi ke berbagai negara dan sektor.
"Produk ini cocok untuk investor dengan time horizon jangka panjang yang mencari keseimbangan antara keuntungan dan kepatuhan terhadap prinsip syariah," tegas dia.
Berdasarkan data dari 2010 hingga 2024 kapitalisasi pasar perusahaan teknologi di AS terus berkembang dari USD906 miliar menjadi USD14,6 triliun.
Bahkan pada 2024 kapitalisasi pasar 10 besar perusahaan AS berasal dari saham berbasis teknologi seperti Microsoft, Apple, Nvidia, Alphabet, Amazon dan Meta.
Hal ini didorong dengan market share 7 perusahaan besar teknologi atau magnificent seven dari 4,34 persen pada 2006 menjadi 30,96 persen pada 2024. Kenakan ini ditopang dengan kenaikan beberapa perusahaan seperti Nvidia dan Tesla.
Penggunaan AI akan meningkat dari USD150 miliar pada 2023 menjadi USD1,3 triliun pada 2030 atau kenaikan 37 persen selama satu dekade.
Indeks akan ditopang AI
Kepala Ekonom Capital Economics Neil Shearing menjelaskan pada tahun depan, indeks acuan S&P500 akan mencapai 7.000 pada 2025. Kenaikan ke level tersebut akan menandai kenaikan indeks acuan sebesar 27 persen dari posisi saat ini. Dia mengatakan seruan awal terhadap AI menunjukkan kenaikan tersebut dapat berlangsung selama bertahun-tahun yang akan datang.
“Jika kita benar dalam berpikir gelembung harga aset sedang berkembang karena AI, seperti yang terjadi pada teknologi terobosan lainnya maka kemungkinan besar gelembung tersebut akan semakin meningkat ,” ujar dia dikutip dari Business Insider, Kamis, 4 Juli 2024.
Meskipun para pecinta pasar AI telah membandingkannya dengan gelembung dot-com pada 2000, beberapa pihak menolak analogi tersebut dan menyatakan para pemberi manfaat AI saat ini sama sekali tidak dinilai terlalu tinggi dibandingkan rekan-rekan mereka yang berasal dari internet.
"Saya kira kita akan terus mendapatkan pertumbuhan pendapatan yang solid, hanya saja antusiasme investor mungkin melebihi pertumbuhan pendapatan tersebut,” ujarnya.