Generasi milenial. Foto: Medcom.id.
Jakarta: Pemerintah khawatir Indonesia gagal naik kelas menjadi negara berpendapatan tinggi, alias terperangkap dalam jebakan negara berpendapatan menengah (middle income trap).
Sebab, tingkat pendapatan masyarakat saat ini relatif rendah dan memengaruhi pendapatan nasional bruto (gross national income/GNI). Hal itu diungkapkan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Suharso Monoarfa dalam rapat kerja bersama Komisi XI DPR, Kamis, 13 Juni 2024.
"Kita lihat jumlah penduduk/household yang mendapatkan pendapatan makin besar, makin kecil. Rp23 juta per keluarga hanya 10 persen ke atas. Di Rp9 juta hanya lima persen ke atas, begitu Rp5 juta ke bawah, itu luar biasa," ujar dia, dilansir
Media Indonesia, Kamis, 13 Juni 2024.
Dia menuturkan angka Rp9 juta ke bawah, itu sebenarnya wilayah intervensi pemerintah ke masyarakat.
"Jadi ini kita sudah lihat di gini ratio plus tingkat pendapatan, ini sangat tidak merata," sambung Suharso.
Dari kacamata Bappenas, GNI per kapita individu bakal memengaruhi kemampuan Indonesia untuk naik kelas menjadi negara berpendapatan tinggi.
Penghitungan dengan GNI per individu, kata Suharso, jauh lebih terukur ketimbang hanya melihat angka-angka makro seperti pertumbuhan ekonomi.
Saat ini ambang batas GNI individu ialah USD14 ribu per kapita. Nilai tersebut diperkirakan akan naik menjadi USD26 ribu di 2045.
Sementara di Indonesia, hanya Kota Jakarta yang GNI individunya telah melampaui USD14 ribu per kapita, mendekati USD20 ribu per kapita.
Jauh di ambang batas
Suharso mengatakan, secara rerata GNI individu di Indonesia berkisar USD5.500 per kapita, jauh di bawah ambang batas yang USD14 ribu per kapita. Kondisi tersebut, lanjutnya, menempatkan dependensi rasio individu di posisi satu banding dua.
Guna mencapai mimpi menjadi negara maju di 2045, maka GNI individu per kapita mesti ditingkatkan. Setidaknya dalam rentang 2024 hingga 2029, GNI individu per kapita harus bisa naik sebesar USD7.500. Dus, pada 2029 GNI individu per kapita berada di kisaran USD13 ribu.
"Kalau kita bisa mencapai USD7.500 per kapita, maka window opportunity dalam 2025 ke 2029 mudah-mudahan membawa kita ke track untuk mencapai di USD26 ribu ke atas pada 2045. Tapi kalau ini tidak tercapai, kami khawatir, seperti kekhawatiran kita semua," jelas Suharso.