Kabinet Merah Putih Harus Bisa Realisasikan Janji Presiden soal Energi

Kabinet Merah Putih. Foto: Metrotvnews.com/Fachri Audhia Hafiez.

Kabinet Merah Putih Harus Bisa Realisasikan Janji Presiden soal Energi

M Ilham Ramadhan Avisena • 21 October 2024 13:55

Jakarta: Menteri-menteri Kabinet Merah Putih mesti bisa mengimplementasikan keinginan Presiden Prabowo Subianto dalam pidato perdana di Gedung MPR usai dilantik sebagai Kepala Negara. Salah satu yang dinilai perlu dikerjakan segera oleh para menteri yang ditunjuk ialah terkait swasembada energi.

"Komitmen Prabowo untuk mencapai swasembada energi harus ditindak-lanjuti oleh menteri-menteri terkait Kabinet Merah Putih secara konsisten dan berkelanjutan," ujar Pengamat Ekonomi Energi Universitas Gadjah Mada Fahmy Radhi melalui keterangan tertulis, Senin, 21 Oktober 2024.

"Tanpa upaya serius dan terus menerus, komitmen Prabowo yang disampaikan pada pidato perdana sebagai Presiden untuk mencapai swasembada energi, tak lebih hanya 'omon-omon' saja," lanjut dia.

Dalam pidato perdananya, Presiden menjanjikan Indonesia akan mencapai swasembada energi dalam kurun waktu empat hingga lima tahun. Janji itu pun sedianya telah disampaikan sebelum dilantik, yakni mencapai kedaulatan energi melalui pengembangan energi baru terbarukan (EBT) dengan memanfaatkan sumber daya alam yang melimpah.

Sumber daya energi tersebut berupa kelapa sawit yang bisa menghasilkan solar dan bensin, tanaman lain seperti singkong, tebu, sagu, jagung, dan lain-lain. Indonesia juga juga punya energi panas bumi (geothermal), batu bara, energi tenaga air, angin, dan matahari.
 

Baca juga: Sah! Presiden Prabowo Lantik 48 Menteri Kabinet Merah Putih
 

Tak punya teknologi


Masalahnya, kata Fahmy, Indonesia tidak memiliki teknologi untuk mengolah sumber daya energi tersebut menjadi EBT. Pertamina sudah mengusahakan biodiesel, yang merupakan pencampuran solar dengan minyak sawit.

Dimulai dengan B-20 meningkat ke B-35, naik menjadi B-40. Lalu berhenti lantaran Eni, partner usaha dari Italia, menghentikan kerja sama dengan Pertamina.

"Pengembangan biodiesel selain tidak dapat dicapai, program EBT berbasis sawit juga berpotensi bertabrakan dengan program pangan untuk menghasilkan minyak goreng," terang dia.

"Demikian juga dengan program gasifikasi, yang mengolah batu bara menjadi gas, juga mengalami kegagalan setelah Air Product, partner usaha dari Amerika Serikat hengkang dari Indonesia. Alasannya, gasifikasi dinilai tidak mencapai keekonomian lantaran harga pasar batu bara berfluktuasi," jelas Fahmy menambahkan.

Untuk mendapatkan teknologi yang dibutuhkan dalam mencapai swasembada energi, lanjutnya, ada dua upaya yang harus dilakukan pemerintah. Pertama, menarik investor asing pemilik teknologi untuk bekerja sama dengan perusahaan energi dan BUMN dalam negeri.

Strategi kedua adalah mengembangkan riset (R&D) di dalam negeri dengan menggandeng Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dan universitas-universitas Indonesia untuk menghasilkan teknologi yang dibutuhkan.

"Upaya itu dibutuhkan komitmen jangka panjang karena R&D membutuhkan waktu yang lama dan biaya yang besar," tutup Fahmy.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Husen Miftahudin)