Pemberontak Suriah Hancurkan Makam Ayah Presiden Bashar al-Assad

Makam ayah Presiden Suriah Bashar al-Assad dirusak pemberontak. (EPA)

Pemberontak Suriah Hancurkan Makam Ayah Presiden Bashar al-Assad

Marcheilla Ariesta • 12 December 2024 16:46

Qardaha: Pejuang pemberontak Suriah menghancurkan makam mendiang presiden Hafez al-Assad, ayah dari presiden terguling Bashar al-Assad. Makam itu berada di kota kelahiran keluarga tersebut.

 

Video menunjukkan orang-orang bersenjata berteriak-teriak saat mereka berjalan di sekitar makam yang terbakar di Qardaha, di barat laut wilayah pesisir Latakia, Suriah.

 

Pemberontak yang dipimpin oleh kelompok Islam Hayat Tahrir al-Sham (HTS) ‘menyapu Suriah dalam serangan kilat’ yang menggulingkan kekuasaan dinasti Assad selama 54 tahun. Bashar al-Assad telah melarikan diri ke Rusia tempat ia dan keluarganya telah diberi suaka.

 

Patung dan poster mendiang presiden Hafez dan putranya Bashar telah diturunkan di seluruh negeri, di tengah sorak-sorai warga Suriah yang merayakan berakhirnya kekuasaan mereka.

 

Pada 2011, Bashar al-Assad secara brutal menghancurkan pemberontakan pro-demokrasi yang damai, yang memicu perang saudara yang menghancurkan di mana lebih dari setengah juta orang telah terbunuh dan 12 juta lainnya terpaksa meninggalkan rumah mereka. 

 

Dilansir dari BBC, Kamis, 12 Desember 2024, Hafez al-Assad memerintah Suriah dengan kejam sejak 1971 hingga kematiannya pada 2000, ketika kekuasaan diserahkan kepada putranya.

 

Ia lahir dan dibesarkan dalam keluarga Alawi, cabang dari Syiah Islam dan minoritas agama di Suriah, yang pusat populasi utamanya berada di provinsi Latakia dekat pantai Mediterania dekat perbatasan dengan Turki.

 

Banyak orang Alawi, yang merupakan sekitar 10 persen dari populasi negara itu, adalah pendukung setia Assad selama mereka berkuasa lama.

 

Beberapa dari mereka sekarang khawatir bahwa mereka mungkin menjadi sasaran pemberontak yang menang.

 

Pada Senin, delegasi pemberontak dengan anggota HTS dan kelompok Muslim Sunni lainnya, Tentara Pembebasan Suriah, bertemu dengan para tetua Qardaha dan menerima dukungan mereka.

 

“Delegasi pemberontak menandatangani sebuah dokumen, yang menekankan keberagaman agama dan budaya Suriah,” lapor BBC.

 

HTS dan faksi pemberontak sekutu merebut kendali ibu kota Suriah, Damaskus, pada Minggu setelah bertahun-tahun perang saudara.

 

Pemimpin HTS Abu Mohammed al-Jolani, yang kini mulai menggunakan nama aslinya, Ahmed al-Sharaa, adalah mantan jihadis yang memutuskan hubungan dengan al-Qaeda pada 2016. Ia baru-baru ini berjanji akan bersikap toleran terhadap berbagai kelompok dan komunitas agama.

 

Utusan PBB untuk Suriah mengatakan para pemberontak harus mengubah "pesan baik" mereka menjadi praktik di lapangan.

 

Sementara itu, Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Antony Blinken mengatakan, Washington akan mengakui dan sepenuhnya mendukung pemerintahan Suriah di masa mendatang asalkan pemerintahan tersebut muncul dari proses yang kredibel dan inklusif yang menghormati kaum minoritas.

 

HTS telah menunjuk pemerintahan transisi yang dipimpin oleh Mohammed al-Bashir, mantan kepala pemerintahan pemberontak di wilayah barat laut, hingga Maret 2025.

 

Bashir memimpin pertemuan di Damaskus pada hari Selasa yang dihadiri oleh anggota pemerintahan barunya dan anggota kabinet Assad sebelumnya untuk membahas pengalihan portofolio dan lembaga.

 

Ia mengatakan sudah waktunya bagi rakyat untuk "menikmati stabilitas dan ketenangan" setelah berakhirnya rezim Assad.

 

Baca juga: Pemimpin Baru Suriah Tegaskan Saatnya Bagi Stabilitas dan Ketenangan

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Marcheilla A)