Wamenaker Immanuel Ebenezer atau Noel menemui karyawan PT Sri Rejeki Isman Tbk (Sritex). Foto: Istimewa.
Husen Miftahudin • 31 October 2024 11:40
Jakarta: Pengamat hukum dan Pegiat antikorupsi Hardjuno Wiwoho mendorong pemerintah untuk turun tangan dalam kasus kepailitan PT Sri Rejeki Isman (PT Sritex). Utamanya adalah dengan menyelamatkan nasib buruh.
"Artinya, prioritas utama adalah harus ada jaminan atau kepastian dari pemerintah melindungi kesejahteraan ribuan pekerja yang terkena dampak dari keputusan pailit ini," tegas Hardjuno, dikutip dari keterangan tertulis, Kamis, 31 Oktober 2024.
Kandidat Doktor Bidang Hukum dan Pembangunan Universitas Airlangga (Unair) Surabaya ini pun mengapresiasi langkah Presiden Prabowo Subianto yang menginstruksikan empat menterinya untuk mendampingi perusahaan tersebut.
Dalam hal ini, menurut dia, keputusan pailit dari Pengadilan Niaga masih terbuka untuk kasasi dan peninjauan kembali, sehingga status hukumnya belum final dan memungkinkan adanya opsi restrukturisasi yang lebih baik.
"Di dalam proses restrukturisasi, kata kuncinya adalah bagaimana menjaga keberlanjutan usaha Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) nasional secara menyeluruh, bukan hanya Sritex," terang dia.
Sebab, jelas Hardjuno, banyak pabrik tekstil lain juga mengalami tekanan serupa akibat utang besar dan persaingan ketat, terutama dari impor produk tekstil murah dari Tiongkok. Kasus Sritex memang menjadi contoh besar, tetapi pabrik-pabrik skala kecil hingga menengah pun kini menghadapi ancaman serupa.
(Ilustrasi industri tekstil dan produk tekstil - - Foto: dok Kemenperin)
Namun solusi yang diambil perlu menghindari bailout langsung dari negara, karena proses pertanggungjawaban dana publik dalam bailout akan menjadi sangat rumit.
Solusi yang lebih efektif dan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum adalah dengan mendukung penerbitan obligasi atau saham baru. Ini tidak hanya dapat memberikan modal tambahan bagi Sritex untuk membayar utang, tetapi juga mengurangi beban langsung negara.
"Selain itu, penting untuk memperkuat industri tekstil nasional agar mampu bersaing di tengah tekanan impor. Langkah ini bisa mencakup kebijakan perdagangan yang lebih ketat dan dukungan pada industri dalam negeri melalui insentif atau perlindungan tarif bagi produk lokal," ucap Hardjuno mengingatkan.
Baca juga: Apindo Tekankan Maraknya Impor Ilegal Rugikan Pengusaha Domestik |