Suasana Gereja di Bandung menjelang Natal 2025. Metrotvnews.com/Roni Kurniawan
#OnThisDay 24 Desember, Malam Natal Kelam 11 Gereja di Tanah Air Diteror Bom
Whisnu Mardiansyah • 24 December 2025 09:10
Jakarta: Malam Minggu, 24 Desember 2000, serangkaian ledakan bom mengguncang secara hampir bersamaan di 11 gereja yang tersebar di sembilan kota, mulai dari Jakarta, Bandung, Medan, hingga Mataram. Peristiwa yang dikenal sebagai Bom Natal 2000 atau Bom Malam Natal 2000 ini menewaskan sedikitnya 16 orang, melukai lebih dari 90 orang, dan menjadi sinyal bagi bangsa tentang bentuk ancaman keamanan baru di era reformasi.
Kronologi Malam Natal Kelam 2000
Ledakan pertama terjadi sekitar pukul 17.30 WIB di Gereja Santa Anna, Bekasi. Dalam rentang waktu yang berdekatan, laporan ledakan beruntun berdatangan dari berbagai penjuru. Di Jakarta, Gereja Katedral Jakarta dan Gereja HKBP (Huria Kristen Batak Protestan) di Depok menjadi sasaran. Di Medan, ledakan terdengar di Gereja Katolik Santo Laurentius dan Gereja HKBP Jalan Polonia. Kota-kota lain seperti Batam, Pekanbaru, Sukabumi, Mojokerto, dan Mataram juga merasakan dampak teror yang terencana.
Modus operandi serupa terlihat, bom rakitan berdaya ledak rendah hingga sedang yang ditempatkan di dalam tas, kardus, atau sepeda motor, diletakkan di area parkir, halaman, atau dekat pintu masuk gereja. Waktu peledakan dipilih saat jemaat mulai berdatangan untuk misa malam Natal, menciptakan kepanikan massal.
Di tengah kepiluan, ada juga kisah keberhasilan aparat. Sebelum sempat meledak, beberapa bom berhasil diamankan dan dijinakkan oleh tim penjinak bom (Jihandak) Polri di sejumlah lokasi. Seperti di Gereja Bethel Tabernakel, Bandung. Kesigapan ini menyelamatkan banyak nyawa, sekaligus memberikan petunjuk berharga bagi penyelidikan.
Menyikapi situasi darurat, Menko Polsoskam saat itu, Susilo Bambang Yudhoyono memberikan pernyataan tegas. “Pemerintah tidak akan tunduk pada teror. Aparat keamanan diperintahkan mengusut tuntas dan menangkap pelaku tanpa kompromi,” tegas SBY.
Pernyataan itu diikuti dengan pengerahan massal aparat TNI dan Polri untuk mengamankan rumah-rumah ibadah di seluruh Indonesia selama sisa periode Natal dan Tahun Baru.
Penyelidikan Pelaku Teror
Penyelidikan awal oleh Densus 88 Antiteror Polri menemukan pola yang terorganisasi. Pelaku menggunakan bahan peledak dan metode rakitan yang serupa, menunjukkan adanya pelatihan dan pendanaan terpusat. Jejak investigasi perlahan namun pasti mengarah pada kelompok radikal Jemaah Islamiyah (JI).
Salah satu nama kunci yang muncul adalah Riduan Isamuddin, lebih dikenal sebagai Hambali. Ia diduga sebagai koordinator operasional serangan sekaligus penghubung antara jaringan lokal dengan Al-Qaeda. Nama lain yang terlibat adalah Umar Patek dan Abdul Aziz (alias Imron), yang terlibat langsung dalam perakitan dan penempatan bom.
Proses hukum terhadap pelaku memakan waktu bertahun-tahun. Baru pada tahun 2003, Pengadilan Negeri Jakarta Pusat memvonis mati dua terpidana terkait, yaitu Iqbal dan Abdul Jabar. Sementara Umar Patek, yang juga terlibat dalam Bom Bali 2002, baru diadili dan divonis 20 tahun penjara oleh Pengadilan Negeri Jakarta Barat pada Kamis, 21 Juni 2012 atas perannya dalam serangan Natal 2000 dan kasus terorisme lainnya.
Pengungkapan ini membuka mata dunia tentang keberadaan JI di Asia Tenggara. Bom Natal 2000 tidak lagi dilihat sebagai aksi teror domestik semata, melainkan sebagai bagian dari gerakan terorisme global yang berafiliasi dengan Indonesia sebagai episentrum regionalnya.
*Pengerjaan artikel berita ini melibatkan peran kecerdasan buatan (artificial intelligence) dengan kontrol penuh tim redaksi.