Ilustrasi aktivitas ekspor impor di pelabuhan. Foto: dok MI.
Insi Nantika Jelita • 8 February 2025 19:07
Jakarta: Ketua Umum (Ketum) Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Shinta Widjaja Kamdani meramalkan, nilai tukar rupiah akan semakin tertekan akibat kebijakan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang memberlakukan penaikan tarif perdagangan terhadap sejumlah negara.
Di awal pemerintahannya, Trump memberlakukan semua impor produk perdagangan dari Kanada dan Meksiko dikenakan kenaikan tarif sebesar 25 persen, sementara dari Tiongkok sebesar 10 persen.
"Kebijakan ekonomi Trump akan memiliki dampak terhadap nilai tukar, yang mana rupiah akan cenderung semakin melemah," ujarnya kepada Media Indonesia, Sabtu, 8 Februari 2025.
Selain itu, Shinta juga memperkirakan dampak dari kebijakan tarif AS yang tinggi bakal memperlambat kinerja ekspor Indonesia. Pasalnya, Tiongkok menjadi salah satu negara mitra dagang utama Indonesia selama ini.
"Kinerja ekspor juga akan terganggu dan diperkirakan akan semakin memperparah posisi current account atau neraca transaksi berjalan dan pelemahan nilai tukar," ucapnya.
Dengan rupiah semakin melemah dan neraca dagang terganggu, inflasi dalam negeri pun diperkirakan bakal lebih tinggi. Terlebih, Indonesia dihadapkan pada cuaca ekstrem yang berpotensi mengganggu produksi pertanian dan membuat harga-harga pangan melonjak.
"Masalah ini ditambah dengan cuaca ekstrem yang terjadi. Harga pangan akan meningkat dan memicu tingginya inflasi," terang Shinta.
Kendati demikian, ia menekankan semua skenario tersebut amat tergantung pada respons kebijakan pemerintahan Prabowo Subianto. Pemerintah mesti melakukan intervensi-intervensi kebijakan yang bisa menciptakan stabilitas nilai tukar rupiah sesuai target APBN, lalu meningkatkan produktivitas ekspor dan meningkatkan produksi pangan nasional.
"Jadi, ini semua tergantung pemerintah mengenai dampak ekonomi negatif yang dapat terjadi akibat kebijakan Trump. Apakah bisa diatasi atau dikendalikan, agar tidak terlalu membebani pertumbuhan ekonomi nasional," jelas Shinta.
Baca juga: Tarif Trump Dikhawatirkan Picu Perdagangan Dunia Jeblok seperti Era 1930-an |