Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Purbaya Yudhi Sadewa. Foto: Dok istimewa
Eko Nordiansyah • 7 August 2025 21:45
Surabaya: Target pemerintah untuk mendorong perekonomian nasional tumbuh di atas level lima persen harus diiringi dengan penerapan strategi yang tepat. Hal ini dilakukan agar bisa mengakselerasi sumber-sumber penopang pertumbuhan ekonomi.
Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Purbaya Yudhi Sadewa mengatakan, sumber pertumbuhan ekonomi Indonesia berasal dari faktor permintaan domestik (domestic demand) yaitu konsumsi dan investasi atau Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB).
Hingga Juni 2025, konsumsi rumah tangga dan belanja pemerintah berkontribusi 62,53 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), kemudian PMTB 27,83 persen. Dengan demikian, domestik demand sekitar 80-90 persen, sedangkan selebihnya adalah ekspor.
“Kekuatan ekonomi Indonesia berasal dari besarnya domestik demand, sebab itu dua mesin yang menggerakkan potensi domestik itu harus dioptimalkan,” kata Purbaya dalam LPS Financial Festival di Surabaya, Kamis, 7 Agustus 2025.
Dalam dua dekade terakhir, perekonomian nasional tumbuh berkisar lima sampai enam persen. Di era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), ketika harga komoditas booming, pertumbuhan ekonomi berada di level enam persen dengan sektor swasta sebagai penggerak.
Sementara di era Presiden Joko Widodo (Jokowi), harga komoditas yang tinggi sudah berakhir ditambah masa pandemi covid-19 selama beberapa tahun. Oleh karena itu, mesin perekonomian lebih dominan digerakkan pemerintah termasuk untuk membangun infrastruktur.
“Dalam dua puluh tahun terakhir ini, kita menyadari bahwa mesin ekonomi kita selalu timpang, satu mati, satu jalan, ke depan kita harus jalankan dua-duanya agar ekonomi bisa tumbuh lebih tinggi,” ujarnya.
Baca juga:
Penjualan Mobil Masih Jeblok di Tengah Pertumbuhan Ekonomi 5,12% |