Riza Aslam Khaeron • 12 March 2025 15:37
Jakarta: Bulan Ramadan adalah bulan yang mulia, waktu ketika umat Islam meningkatkan ibadah, menahan lapar dan haus, serta mendekatkan diri kepada Allah SWT. Nabi Muhammad SAW ketika bulan ini, dilaporkan melakukan beberapa aktivitas dan rutinitas berbeda daripada pada bulan lainnya.
Untuk umat Muslim, meneladani Rasulullah SAW dalam menjalani Ramadan tentu menjadi hal yang sangat dianjurkan. Berikut merupakan rutinitas Rasulullah SAW pada bulan suci ini.
Sahur: Awal Hari yang Berkah
Mengutip Islamonweb pada Rabu, 12 Maret 2025, Rasulullah SAW memulai harinya selama Ramadan dengan Sahur, yakni makan sahur yang dilakukan sesaat sebelum masuk waktu Subuh. Rasulullah SAW menekankan pentingnya sahur dengan sabdanya, "
Makanlah sahur kalian, karena di dalam sahur terdapat berkah." (HR. Bukhari, Muslim).
Beliau biasanya menikmati sahur bersama keluarga atau para sahabat. Setelah sahur, Rasulullah SAW menunaikan dua rakaat ringan di rumah sebelum pergi ke masjid untuk salat Subuh berjamaah.
Setelah salat Subuh, beliau berzikir hingga matahari terbit, lalu menunaikan salat Duha sekitar 20 menit setelah matahari terbit, yang menurut sabdanya, memiliki pahala "seperti haji atau umrah yang sempurna" (HR. Tirmidzi).
Keseharian dan Iftar Rasulullah SAW
Pada siang hari, Rasulullah SAW melaksanakan salat wajib secara berjamaah di masjid dan menyempatkan diri untuk membantu pekerjaan rumah tangga. Aisyah RA meriwayatkan bahwa "
Rasulullah SAW biasa membantu istrinya di rumah, memperbaiki sandalnya sendiri, menjahit bajunya, dan memerah susu kambing" (HR. Bukhari).
Rasulullah SAW juga sering menghabiskan waktu dengan berdakwah, menyampaikan nasihat kepada para sahabat, dan menyelesaikan berbagai urusan umat.
Menjelang waktu berbuka, Rasulullah SAW memperbanyak zikir dan doa. Ketika waktu berbuka tiba, beliau berbuka dengan kurma segar atau kering. Jika tidak tersedia kurma, beliau berbuka dengan seteguk air.
Rasulullah SAW bersabda, "
Orang-orang akan senantiasa dalam kebaikan selama mereka menyegerakan berbuka puasa." (HR. Bukhari dan Muslim). Setelah berbuka, Rasulullah SAW langsung menunaikan salat Maghrib berjamaah di masjid, kemudian kembali ke rumah untuk menunaikan salat sunnah.
Rasulullah SAW juga sangat memperhatikan kondisi sahabat dan orang-orang di sekitarnya saat berbuka puasa. Beliau sering membagikan makanan kepada mereka yang kurang mampu dan menekankan pentingnya berbagi selama Ramadan.
Malam Rasulullah SAW di Bulan Ramadan
Pada malam hari, Rasulullah SAW melaksanakan salat Isya di masjid. Beliau melakukan salat Tarawih secara berjamaah di Masjid Nabawi hanya selama tiga malam, lalu melanjutkan salat ini di rumah karena khawatir jika Tarawih berjamaah dianggap wajib oleh umatnya.
Pada malam-malam Ramadan, Rasulullah SAW banyak menghabiskan waktu untuk beribadah, tidur sebentar sebelum salat Witir, yang biasanya menjadi penutup ibadah malamnya.
Rasulullah SAW juga dikenal sering melakukan tahajud di sepertiga malam terakhir. Beliau memperpanjang salat malamnya, bahkan hingga kakinya bengkak karena lamanya beliau berdiri.
Ketika Aisyah RA bertanya mengapa beliau beribadah seberat itu padahal sudah dijamin masuk surga, Rasulullah SAW menjawab, "
Apakah aku tidak boleh menjadi hamba yang bersyukur?" (HR. Bukhari dan Muslim).
Pada beberapa malam, Rasulullah SAW juga mengajak keluarganya untuk bangun dan melaksanakan qiyamul lail (salat malam) bersama. Aisyah RA meriwayatkan, "
Jika Rasulullah SAW bangun untuk salat malam, beliau membangunkan keluarganya untuk ikut beribadah" (HR. Bukhari).
Meningkatkan Interaksi dengan Al-Qur'an dan Sedekah
Ramadan juga menjadi waktu Rasulullah SAW memperbanyak interaksi dengan Al-Qur'an. Mengutip Islamonweb, berdasarkan hadis riwayat Iman Ahmad, setiap malam selama Ramadan, Jibril datang menemui Rasulullah SAW untuk saling memperdengarkan bacaan Al-Qur'an.
Hadis tersebut juga menggambarkan Rasulullah SAW, yang dikenal semakin murah hati menjadi 'sangat' murah hati selama Ramadan, beliau digambarkan "seperti angin yang berhembus cepat" dalam kedermawanannya.
Sepuluh Hari Terakhir Ramadan
Sepuluh hari terakhir Ramadan memiliki arti khusus bagi Rasulullah SAW. Beliau meningkatkan ibadahnya dengan i'tikaf di masjid, mengajak keluarga dan umat Islam lainnya memperbanyak doa dan zikir, khususnya dalam mengejar malam Lailatul Qadar. Beliau juga membangunkan keluarganya untuk ikut melaksanakan salat malam.
Mengutip Islamonweb pada Rabu, 12 Maret 2025, Aisyah RA meriwayatkan bahwa jika Rasulullah SAW telah memasuki sepuluh hari terakhir Ramadan, beliau "mengencangkan ikat pinggangnya," menjauh dari istri-istrinya untuk fokus beribadah, dan menghidupkan malam-malam tersebut dengan salat, doa, dan membaca Al-Qur'an (HR. Bukhari dan Muslim).
Rasulullah SAW juga mendorong umatnya untuk mencari malam Lailatul Qadar di sepuluh malam terakhir. Beliau bersabda, "
Carilah Lailatul Qadar di sepuluh malam terakhir Ramadan, pada malam-malam ganjil" (HR. Bukhari).
Beliau juga menganjurkan umatnya untuk berdoa dengan doa yang diajarkan kepada Aisyah RA: "
Allahumma innaka 'afuwwun tuhibbul 'afwa fa'fu 'anni (Ya Allah, Engkau Maha Pemaaf, mencintai kemaafan, maka ampunilah aku)."
Mengikuti rutinitas Rasulullah SAW ini tentu menjadi cara terbaik bagi umat Islam untuk memaksimalkan keberkahan Ramadan.