Proposal Gaza dari Mesir Dinilai Tak Memenuhi Standar Trump

Warga Gaza yang kembali ke tempat tinggal mereka. Foto: Anadolu

Proposal Gaza dari Mesir Dinilai Tak Memenuhi Standar Trump

Fajar Nugraha • 7 March 2025 11:36

Washington: Pemerintah Amerika Serikat (AS) menegaskan bahwa proposal penyelesaian konflik Gaza yang diprakarsai Mesir tidak sesuai dengan standar Presiden Donald Trump, yang sebelumnya mengusulkan pemindahan besar-besaran warga Palestina dari wilayah yang dilanda perang tersebut.

Juru Bicara Kementerian Luar Negeri AS, Tammy Bruce, menyatakan pada Kamis 6 Maret 2025 bahwa rencana tersebut tidak memenuhi "persyaratan dan sifat" dari apa yang diminta oleh Presiden Trump. 

"Itu tidak memenuhi ekspektasi," tegas Bruce dalam konferensi pers di Washington, seperti dilansir Channel News Asia, Jumat 7 Maret 2025.

Pernyataan ini disampaikan tak lama setelah penasihat utama Trump untuk Timur Tengah, Steve Witkoff, memberikan pandangan yang lebih positif terhadap inisiatif Mesir, meski tanpa menyatakan dukungan penuh terhadap isi proposal tersebut.

Menurut Witkoff, rencana yang diajukan Mesir merupakan langkah awal yang dilakukan dengan itikad baik, tetapi masih membutuhkan lebih banyak diskusi sebelum dapat dipertimbangkan sebagai solusi konkret. 

"Kita perlu pembahasan lebih lanjut, tetapi ini adalah langkah awal yang baik dari pihak Mesir," kata Witkoff kepada wartawan di Gedung Putih.
Ia juga menyoroti bahwa Trump berhasil mendorong negara-negara Timur Tengah untuk lebih proaktif dalam menawarkan solusi bagi Gaza. 

"Presiden kini mendorong pihak lain di kawasan Timur Tengah untuk mengajukan proposal yang dapat kami pertimbangkan," ujar Witkoff.

Sebelumnya, Trump telah mengusulkan rencana kontroversial yang mencakup pengambilalihan Gaza serta pemindahan penduduknya, sebuah gagasan yang mendapat kecaman luas dari berbagai pihak di dunia. Sebagai alternatif, para pemimpin Arab berupaya mencari dukungan untuk rencana lain yang berfokus pada rekonstruksi Gaza melalui dana perwalian internasional.

Di tengah perdebatan mengenai masa depan Gaza, Trump mengeluarkan pernyataan keras terhadap warga Gaza melalui media sosial pada Rabu 5 Maret 2025. "Anda SEMUA AKAN MATI" tulis Trump dalam unggahannya, merujuk pada kelompok militan Hamas yang hingga kini belum membebaskan sandera yang mereka tahan. Ancaman ini muncul ketika kesepakatan gencatan senjata dengan Israel berada di ujung tanduk.

Menanggapi pernyataan tersebut, Witkoff mengisyaratkan bahwa ancaman Trump dapat menjadi indikasi adanya tindakan bersama yang akan diambil terhadap Hamas. 

"Saya pikir akan ada tindakan. Mungkin dilakukan secara bersama dengan Israel," kata Witkoff.

Meski belum memberikan detail spesifik, ia menegaskan bahwa Hamas memiliki kesempatan untuk mengambil keputusan yang masuk akal. 

"Mereka memiliki peluang untuk bertindak dengan benar dan kemudian pergi. Mereka tidak akan menjadi bagian dari pemerintahan di sana," ujarnya.

Pernyataan ini semakin menguatkan indikasi bahwa AS dan sekutunya tengah mempertimbangkan langkah lebih lanjut terkait situasi di Gaza, di tengah upaya diplomasi yang terus berlangsung.

(Muhammad Reyhansyah)

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Fajar Nugraha)