Israel Ingin Perubahan Rezim di Iran, Trump Masih Tidak Yakin

Benjamin Netanyahu (Kiri) dan Donald Trump (Kanan). (Kobi Gideon/GPO)

Israel Ingin Perubahan Rezim di Iran, Trump Masih Tidak Yakin

Riza Aslam Khaeron • 18 June 2025 10:19

Washington DC: Israel secara terbuka menunjukkan keinginannya untuk mendorong perubahan rezim di Iran sebagai bagian dari strategi perang yang sedang berlangsung.

Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menyatakan dalam berbagai wawancara pada Minggu dan Senin bahwa menggulingkan Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, dapat menjadi cara untuk mengakhiri konflik.

"Ini bukan akan memperluas konflik, tapi justru akan mengakhirinya," ujar Netanyahu kepada ABC News, Senin, 16 Juni 2025. Ia menegaskan bahwa Israel akan melakukan "apa yang perlu dilakukan."

Sikap ini ditegaskan kembali Netanyahu dalam konferensi pers bersama wartawan Israel. "Ini adalah rezim yang sangat lemah yang kini menyadari betapa lemahnya mereka... kita mungkin akan melihat banyak perubahan di Iran," katanya, mengutip laporan Axios.

Netanyahu bahkan tampil di saluran oposisi Iran dengan nama program "Regime Change In Iran" dan menyatakan bahwa tak ada yang menduga Uni Soviet atau rezim Assad di Suriah bisa runtuh sebelum semuanya terjadi.

Namun di sisi lain, Presiden AS Donald Trump belum sepenuhnya mendukung gagasan tersebut. Ketika Israel disebut memiliki kesempatan untuk membunuh Khamenei akhir pekan lalu, Trump menolaknya. Seorang pejabat tinggi pemerintah AS melaporkan hal tersebut kepada media berita Axios.

"Ini Ayatollah yang kita kenal versus Ayatollah yang belum kita kenal," ujar pejabat tersebut.

Meskipun begitu, sumber tersebut tidak menutup kemungkinan bahwa Trump dapat berubah sikap dan melakukan tindakan besar sewaktu-waktu. Pernyataan Trump pada malam hari yang menyerukan evakuasi seluruh penduduk Tehran sempat memicu spekulasi adanya serangan AS, yang kemudian dibantah oleh Gedung Putih.

Menurut Axios, perubahan rezim bukanlah tujuan resmi dari kabinet keamanan Israel. Beberapa pejabat IDF juga menyatakan bahwa mereka tidak menerima perintah politik terkait hal itu. Namun, diskusi internal dan wacana publik mengenai hal tersebut semakin terbuka dan intens.
 

Baca Juga:
Trump Klaim Tahu Keberadaan Ayatollah Khamenei Desak Menyerah Tanpa Syarat

Gedung Putih mendukung tujuan perang Israel yang dinyatakan secara resmi, yakni menghilangkan kemampuan nuklir dan rudal balistik Iran, namun menolak agenda yang lebih luas untuk membentuk ulang Iran melalui kekuatan militer.

"Mereka (Israel) mungkin lebih nyaman dengan perubahan rezim daripada kita," kata seorang pejabat AS.

Sejak serangan dimulai pada Jumat sebelumnya, IDF telah menghantam target-target militer dan nuklir Iran, termasuk menyerang studio TV nasional saat siaran langsung. Netanyahu menyebut serangan itu sebagai upaya untuk menghentikan propaganda rezim.

Situasi di Iran masih relatif tenang di dalam negeri. Meskipun banyak warga Iran marah terhadap pemerintah mereka karena kegagalan keamanan, namun kerusakan besar di wilayah sipil juga justru memperkuat solidaritas nasional.

Raz Zimmt, pakar Iran dari INSS, menyatakan kepada Axios bahwa meskipun rezim masih bersatu, jika perang berlanjut dan menggerogoti keamanan internal dan intelijen, maka stabilitas kekuasaan bisa terguncang.

Trump sendiri disebut-sebut sedang mempertimbangkan kesepakatan baru dengan Iran terkait program nuklir dan gencatan senjata. Namun sejauh ini, Washington menegaskan tidak akan terlibat lebih dalam kecuali Iran menyerang warga Amerika secara langsung.

Sampai saat ini, belum ada kepastian apakah perubahan rezim akan menjadi tujuan resmi Israel.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Surya Perkasa)