Mengenang Kembali Sudjana Kerton: Warisan Seorang Seniman Revolusioner dalam Seni Rupa Modern Indonesia

Pameran The Hidden Treasures of Sudjana Kerton digelar di Art:1 New Museum, Jakarta pada 12-26 Juni 2025. (Foto: Dok. Ist)

Mengenang Kembali Sudjana Kerton: Warisan Seorang Seniman Revolusioner dalam Seni Rupa Modern Indonesia

Patrick Pinaria • 18 June 2025 16:41

Jakarta: Pameran The Hidden Treasures of Sudjana Kerton yang diadakan oleh Sanggar Luhur, studio-galeri milik Sudjana Kerton, digelar di Art:1 New Museum, Jakarta pada 12-26 Juni 2025. Pameran ini mengangkat kembali warisan Sudjana Kerton dengan menampilkan beragam peran pentingnya sebagai seniman, sejarawan visual, dan sumber inspirasi bagi generasi berikutnya.

Pameran ini juga merupakan bagian dari rangkaian menuju ArtMoments Jakarta 2025 yang akan diselenggarakan di Agora Mall pada 8-10 Agustus 2025. Pameran ini juga akan membuka diskusi tentang mengapa karya Kerton selama ini kurang mendapat perhatian di dunia seni, sekaligus mengulas relevansi karyanya dalam wacana seni masa kini.

Kurator pameran, Sadiah Boonstra, mencatat, "Warisan Sudjana Kerton melampaui sekadar kumpulan lukisan; karya-karyanya adalah catatan hidup tentang pendirian dan perkembangan sebuah bangsa, yang dipresentasikan melalui mata unik dan penuh empati seorang seniman yang sekaligus adalah pengamat tajam dan pelaku sejarah."

Tjandra Kerton, putri Sudjana Kerton, mengenang warisan ayahnya dengan mengatakan, "di tahun-tahun terakhir hidupnya, beliau secara informal membimbing para mahasiswa seni dari berbagai sekolah seni di Bandung, mengingatkan mereka untuk tetap setia pada diri sendiri dan identitas mereka sebagai seniman Indonesia, karena itulah yang akan membawa mereka pada pemenuhan artistik, bukan mengejar uang dan ketenaran dengan mengorbankan integritas seni mereka."

Sudjana Kerton, seorang seniman, ilustrator, dan reporter yang sangat berdedikasi, menangkap intensitas revolusi Indonesia dengan ketepatan luar biasa. Di Yogyakarta, ia bekerja untuk surat kabar 'Patriot,' bersama tokoh-tokoh seperti Usmar Ismail. Sketsanya yang menggambarkan suasana perang kemerdekaan, seperti wajah-wajah lelah para pejuang dan ketegangan di meja perundingan, menjadi dokumen sejarah yang tak ternilai, menangkap semangat Tanah Airnya melalui garis ekspresif dan penggunaan tinta yang lihai.

Perjalanan artistik Kerton membawanya ke luar negeri, menghabiskan lebih dari 25 tahun di Eropa dan Amerika, yang memengaruhi kehidupan dan sudut pandang seninya. Setelah kembali ke Indonesia pada tahun 1976, ia memulai periode yang dianggap sebagai masa paling produktif dan berpengaruh dalam kariernya, menciptakan karya yang menggabungkan teknik-teknik pengaruh Barat dengan tema-tema Indonesia. Lukisan-lukisan akhir hayatnya, yang sarat dengan humor lembut dan penghormatan mendalam terhadap orang-orang biasa, menggambarkan perubahan dramatis dalam gaya, saat Kerton mengadopsi warna-warna cerah dan adegan yang mencolok, seringkali fantastis, yang mencerminkan perubahan dalam masyarakat Indonesia.
 
Pameran The Hidden Treasures of Sudjana Kerton menjadi kesempatan untuk meninjau ulang warisan Kerton dan mempertimbangkan potensinya sebagai inspirasi bagi generasi seniman masa depan. Meski kurang mendapat perhatian dalam narasi sejarah seni rupa Indonesia sebelumnya, karya Kerton menawarkan pandangan yang unik dan bernuansa tentang sejarah dan identitas Indonesia, sekaligus menyoroti bagaimana seni rupa modern Indonesia saling terkait dengan tren global. Karya Kerton menyajikan narasi visual yang langka dan personal tentang revolusi Indonesia dari sudut pandang seorang seniman-reporter, serta memberikan wawasan penting tentang perjalanan dari penindasan kolonial menuju kemerdekaan nasional.

Dalam peringatan 80 tahun kemerdekaan Indonesia dari kolonialisme Belanda ini, pameran ini menjadi semakin bermakna, karena peran Sudjana Kerton selama masa-masa revolusi perjuangan kemerdekaan tidak dapat diremehkan. Melalui sketsa-sketsa yang ekspresif dan menggugah, kita kembali dibawa ke medan-medan pertempuran dan adegan-adegan warga yang ketakutan melarikan diri dari kekerasan dan kematian. Namun, pada saat yang sama, kita juga dapat melihat bagaimana kehidupan sehari-hari tetap berlangsung dengan normal, orang-orang tetap menjalani aktivitas mereka meskipun berada di tengah konflik.

Pameran ini juga menampilkan karya-karya lain, termasuk lukisan cat minyak di atas kanvas berjudul Pulang Panen, yang dilukis dalam nuansa hijau sejuk yang dalam dan menggambarkan sebuah keluarga petani yang pulang ke rumah setelah seharian bekerja keras di sawah. Salah satu aspek menonjol dari lukisan ini adalah harganya, yang ditaksir sebesar Rp900.000.000 (sekitar USD54.000). Karya-karya Sudjana Kerton, yang selama ini kurang mendapat perhatian di pasar seni, kini mulai menarik kembali minat para kolektor dan pecinta seni. 

 

Baca: Situs Patiayam Menjadi Bagian Penting dalam Konstelasi Prasejarah Dunia


Sanggar Luhur, studio dan galeri Sudjana Kerton yang kini dikelola oleh putrinya, Tjandra, akan hadir meramaikan ajang pasar seni, ArtMoments, yang digelar pada 7-10 Agustus 2025. Sejumlah karya pilihan akan dipamerkan, termasuk salah satu sketsa ikonik Kerton berjudul Gambar Toong, yang akan ditampilkan secara istimewa dan dilelang dalam acara Charity Moments 2025.
 

Tentang Sudjana Kerton

Lahir di Bandung, Indonesia, Sudjana Kerton (1922-1994) memiliki bakat dan daya tarik universal yang menjadikannya bagian tak terhapuskan dari sejarah dan budaya Indonesia. Perjalanan artistiknya dimulai pada masa pendudukan Jepang, ketika ia bergabung dengan asosiasi seni Keimin Bunka Shidoso dari tahun 1942 hingga 1945.

Keterlibatannya dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia semakin membentuk karya-karyanya, saat ia menjadi seniman dan penggambar sketsa untuk surat kabar Patriot selama masa Revolusi. Melalui sketsa dan gambarnya, Kerton merekam berbagai peristiwa penting dan bersejarah yang terjadi ketika Belanda menyerahkan kedaulatan kepada Republik Indonesia pada akhir tahun 1949.

Pada awal 1950-an, Kerton pindah ke Eropa untuk belajar seni dan tinggal di berbagai budaya yang sangat berbeda, melakukan perjalanan dan melukis di Belanda, Prancis, dan Meksiko. Ia kemudian mengasah kemampuannya di New York, di mana karya-karyanya mendapatkan pengakuan internasional, termasuk ukiran kayu berjudul Homeward yang dipilih UNICEF sebagai kartu Natal tahun 1964.
 
Setelah kembali ke Indonesia pada tahun 1976, Kerton memasuki fase yang sangat produktif, meninggalkan palet warna yang lebih redup dan gaya yang sederhana dari karya-karya awalnya. Di Tanah Air, ia mulai melukis dengan warna-warna cerah dan pemandangan yang hidup serta sering kali fantastis. Lukisan-lukisan ini memancarkan sentuhan humor yang lembut sekaligus penghormatan mendalam terhadap kehidupan orang biasa. Saat ini, Kerton diakui sebagai salah satu seniman paling khas dan provokatif di Indonesia, dengan karya-karyanya yang banyak dicari di panggung seni internasional.
 

Tentang Sanggar Luhur

Studi-galeri Sudjana Kerton di Bandung, yang ia beri nama Sanggar Luhur, terus dimiliki dan dikelola oleh keluarga Kerton, khususnya oleh Tjandra Kerton, putri sulungnya.
 

Tentang Art:1 New Museum

Art:1 New Museum yang berbasis di Jakarta menampilkan koleksi permanen Master Seni Modern Indonesia dan Seni Kontemporer.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
Viral!, 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(Rosa Anggreati)