Korban Tewas Protes Nepal Meningkat Meskipun Militer Sudah Dikerahkan

Militer Nepal melakukan penjagaan di Kathmandu. Foto: EPA

Korban Tewas Protes Nepal Meningkat Meskipun Militer Sudah Dikerahkan

Fajar Nugraha • 11 September 2025 09:45

Kathmandu: Tentara Nepal mengerahkan pasukan di jalan-jalan Kathmandu untuk meredam kerusuhan yang memaksa para pemimpin politik mundur. Menurut laporan media, telah menewaskan sedikitnya 30 orang.

Jumlah korban luka lebih dari 1.000 orang, surat kabar The Hindu melaporkan, mengutip Kementerian Kesehatan dan Kependudukan Nepal hingga 10 September malam.
 

Baca: Lebih dari 13.500 Tahanan Nepal Melarikan Diri dari Penjara.


Pengerahan tentara dimulai pada 9 September malam setelah Perdana Menteri K.P. Sharma Oli mengundurkan diri, ketika para pengunjuk rasa menyerbu kantornya dan membakar kediaman pribadinya serta gedung-gedung pemerintah lainnya.

Gelombang protes pertama dipicu oleh larangan beberapa platform media sosial populer, dan meningkat pada 9 September ketika para demonstran menuntut tindakan terhadap tata kelola yang buruk.

“Bandara di ibu kota tetap ditutup,” lapor media lokal, seperti dikutip dari the Straits Times, Kamis 11 September 2025.

Negara di Himalaya ini adalah negara terbaru di kawasan Asia Selatan yang diguncang oleh protes jalanan anti-pemerintah yang diwarnai kekerasan, yang sebagian besar digerakkan oleh kaum muda. Pada tahun 2024, demonstrasi di Bangladesh berpuncak pada penggulingan pemimpin lama Sheikh Hasina, sementara pada tahun 2022 pemerintahan Sri Lanka juga jatuh di tengah kerusuhan massal.

Bersama Oli, beberapa menteri penting juga mengundurkan diri di tengah kritik atas respons keras pemerintah terhadap protes tersebut, yang menciptakan kekosongan politik di negara tersebut.

Para analis mengatakan meningkatnya ketidakstabilan di negara itu dapat menjadi masalah bagi India.

“India dan Nepal tetap terikat oleh ikatan ekonomi, keamanan, dan budaya yang mendalam,” tulis Chetna Kumar, analis geoekonomi Bloomberg untuk Asia Selatan.

“Perbatasan mereka yang terbuka membuat stabilitas Nepal relevan secara langsung dengan keamanan internal India,” imbuh Kumar.

Nepal secara strategis terletak di antara India dan Tiongkok dan memiliki potensi tenaga air yang besar. Di bawah Oli, Nepal semakin dekat dengan Beijing dan New Delhi akan berupaya keras untuk membendung pengaruh saingannya di kawasan tersebut.

Kerusuhan politik dipicu ketika pemerintah Nepal pekan lalu melarang beberapa platform media sosial yang tidak terdaftar di pemerintah, termasuk Facebook, X, dan YouTube.

Pemerintah mengatakan peraturan baru tersebut akan mencegah berita palsu, ujaran kebencian, dan kejahatan siber. Para pengunjuk rasa mengatakan pembatasan tersebut mencerminkan sikap otoriter pemerintah dan menuduhnya gagal mengatasi korupsi yang merajalela.

Protes-protes tersebut juga mencerminkan rasa frustrasi yang mendalam di kalangan pemuda Nepal atas pengangguran dan ketidaksetaraan. Istilah-istilah seperti "anak-anak nepo" telah menjadi tren di berbagai unggahan media sosial terkait protes tersebut – yang digunakan untuk mengejek tren anak-anak elit yang memamerkan kekayaan mereka.

Lebih dari 20 persen dari 30 juta penduduk negara itu hidup dalam kemiskinan, menurut Bank Dunia, sementara angka resmi terbaru memperkirakan pengangguran di kalangan pemuda mencapai 22 persen.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Fajar Nugraha)