Ilustrasi Puncak Gunung Bur Ni Telong di Kabupaten Bener Meriah, Aceh. Dokumentasi/ Istimewa
Fajri Fatmawati • 23 September 2025 16:52
Aceh: Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) secara resmi meningkatkan status aktivitas Gunung Bur Ni Telong di Kabupaten Bener Meriah, Aceh, dari Level I (Normal) menjadi Level II (Waspada). Peningkatan status ini menyusul peningkatan aktivitas kegempaan vulkanik pada gunung tersebut.
Kepala Badan Geologi, Muhammad Wafid, mengatakan keputusan ini diambil berdasarkan analisis data pemantauan visual dan instrumental yang menunjukkan tren peningkatan aktivitas.
"Berdasarkan pengamatan visual dan instrumental, maka tingkat aktivitas Gunung Bur Ni Telong dinaikkan dari Level I (Normal) menjadi Level II (Waspada) terhitung sejak tanggal 22 September 2025 pukul 21.00 WIB," kata Muhammad Wafid dalam keterangan pers, Selasa, 23 September 2025.
Secara geografis, Gunung Bur Ni Telong merupakan gunungapi tipe strato dengan ketinggian 2.624 meter di atas permukaan laut (mdpl) terletak di Kabupaten Bener Meriah, Provinsi Aceh.
"Pengamatan visual pada periode 1–21 September 2025, gunung api terlihat jelas hingga tertutup kabut. Asap kawah tidak teramati. Cuaca cerah hingga hujan, angin lemah hingga sedang ke arah timur laut, timur, tenggara, selatan, barat daya, barat dan barat laut," jelas Muhammad Wafid.
Secara instrumental, data seismograf mencatatkan 100 kali Gempa Vulkanik Dalam, 26 kali Gempa Tektonik Lokal, dan 60 kali Gempa Tektonik Jauh dalam periode 21 hari tersebut. Peningkatan aktivitas gempa vulkanik dalam sendiri telah teramati sejak Juli 2025 dan semakin jelas pada Agustus.
"Puncak peningkatan terjadi pada 22 September 2025, dimana hingga pukul 20.00 WIB telah terekam 26 kali Gempa Vulkanik Dalam. Gempa-gempa yang terekam dengan magnitudo 2-3 bahkan sempat dirasakan oleh penduduk di beberapa lokasi sekitar gunung," ungkap Muhammad Wafid.
Badan Geologi mengeluarkan rekomendasi kepada masyarakat dan pendaki. Bagi masyarakat dan pengunjung dilarang mendekati area kawah dalam radius 1,5 kilometer. Selain itu, masyarakat juga diimbau untuk tidak berada di daerah fumarol dan solfatara, terutama saat cuaca hujan atau mendung, untuk menghindari bahaya konsentrasi gas vulkanik beracun.
"Tingkat aktivitas gunung ini akan ditinjau ulang jika terjadi perubahan signifikan," ujar Muhammad Wafid.