Kardinal Pietro Parolin. Dok. Vaticannews
M Rodhi Aulia • 22 April 2025 17:14
Jakarta: Pietro Parolin, Kardinal yang berasal dari Italia, saat ini dianggap sebagai salah satu calon kuat penerus Paus Fransiskus. Dengan perjalanan karier diplomatik yang panjang dan beragam, Parolin dikenal sebagai seorang diplomat ulung dengan kemampuan mengelola hubungan internasional yang kompleks.
Lahir pada 17 Januari 1955 di Schiavon, Italia, Parolin adalah seorang anak dari keluarga Katolik yang taat. Ayahnya meninggal dunia ketika ia baru berusia sepuluh tahun, sebuah peristiwa yang mengubah jalannya hidupnya.
Ia merasakan panggilan untuk menjadi imam sejak dini dan memulai pendidikannya di seminari pada usia 14 tahun. Sejak ditahbiskan sebagai imam pada 1980, Parolin mulai terlibat dalam dunia diplomasi Vatikan yang akhirnya membawanya ke puncak kariernya saat ini.
Berikut ini adalah beberapa fakta penting mengenai profilnya yang dikutip dari College of Cardinals Report:
1. Lahir dan Tumbuh di Italia Utara
Pietro Parolin lahir pada 17 Januari 1955 di Schiavon, provinsi Vicenza, Italia Utara. Ia berasal dari keluarga Katolik yang sangat taat, dengan ayahnya yang bekerja sebagai manajer toko perkakas dan ibunya seorang guru sekolah dasar. Kehilangan ayahnya dalam sebuah kecelakaan mobil pada usia muda membuatnya menghadapi banyak tantangan emosional. Meskipun demikian, ia terus menempuh jalannya menuju kehidupan religius.
Baca juga: Fakta-fakta Kardinal Peter Turkson, Calon Paus dari Ghana yang Disebut sebagai Penerus Agenda Fransiskus
2. Pendidikan dan Panggilan Menjadi Imam
Sejak berusia 14 tahun, Parolin memasuki seminari di Vicenza dan mengembangkan rasa panggilan untuk menjadi seorang imam. Setelah ditahbiskan pada tahun 1980, ia melanjutkan pendidikan di Universitas Gregorian di Roma untuk mempelajari hukum kanon. Ia kemudian memulai karier diplomatiknya pada tahun 1986 dan melayani sebagai diplomat Vatikan di berbagai negara, termasuk Nigeria dan Meksiko.
3. Karier Diplomatik yang Cemerlang
Parolin dikenal luas sebagai seorang diplomat yang sangat handal. Setelah bertugas di Nigeria dan Meksiko, ia diangkat ke posisi yang lebih tinggi di Roma, bekerja di Sekretariat Negara Vatikan di bawah Kardinal Angelo Sodano. Dari tahun 2002 hingga 2009, ia menjabat sebagai Wakil Menteri Luar Negeri untuk Hubungan dengan Negara-negara, di mana ia memimpin hubungan dengan negara-negara seperti Vietnam, Korea Utara, Israel, dan Tiongkok. Ia juga berperan penting dalam membangun kembali hubungan diplomatik antara Takhta Suci dan Beijing pada tahun 2005.
4. Menteri Luar Negeri Vatikan
Pada tahun 2013, Paus Fransiskus mengangkat Parolin sebagai Menteri Luar Negeri Vatikan, sebuah posisi yang semakin memperkuat posisinya di kuria kepausan. Setahun setelahnya, pada 2014, Parolin diangkat menjadi Kardinal, memasuki Dewan Kardinal yang menasihati Paus dalam reformasi Gereja. Sebagai Menteri Luar Negeri, Parolin bertanggung jawab atas berbagai isu penting, termasuk perjanjian dengan Tiongkok mengenai pengangkatan uskup.
5. Kritik dan Kontroversi
Meskipun memiliki reputasi sebagai diplomat handal, Parolin tidak luput dari kritik. Salah satunya datang dari perjanjian kontroversial dengan Tiongkok yang berhubungan dengan pengangkatan uskup. Kesepakatan ini mendapatkan kecaman dari berbagai kalangan, termasuk dari Kardinal Joseph Zen Ze-kiun dan umat Katolik yang merasa bahwa Gereja telah mengkhianati prinsip-prinsip moralnya. Selain itu, Parolin juga menerima kritik terkait penanganannya terhadap krisis di Order of Malta dan pengelolaan keuangan Vatikan.
6. Gaya Kepemimpinan dan Pandangan Gerejawi
Parolin dikenal sebagai seorang progresif dengan pandangan gerejawi yang mirip dengan Paus Fransiskus, terutama dalam hal sinodalitas dan reformasi gereja. Namun, ia lebih diplomatis dan lebih halus dalam pendekatannya, sering kali menghindari konfrontasi langsung. Ia juga terkenal dengan pandangannya yang mendukung perdamaian dunia dan kebijakan internasional yang lebih inklusif.
7. Prospek Sebagai Penerus Paus Fransiskus
Meskipun memiliki karier diplomatik yang cemerlang, Parolin dianggap sebagai penerus potensial Paus Fransiskus. Ia dipandang sebagai sosok yang akan melanjutkan banyak reformasi yang dilakukan Fransiskus, tetapi dengan pendekatan yang lebih tenang dan lebih diplomatis. Meskipun demikian, kekurangan Parolin terletak pada kurangnya pengalaman pastoralnya, karena sebagian besar kariernya lebih fokus pada diplomasi dan administrasi daripada pelayanan langsung kepada umat.