Indonesia Didorong Kembangkan Dana Investasi Real Estat

Perkumpulan Lintas Profesi Indonesia (PLPI) melakukan audiensi REIT dengan Kepala Lembaga Sains Terapan FMIPA Universitas Indonesia, Eko Waludi. Foto: Dok Istimewa

Indonesia Didorong Kembangkan Dana Investasi Real Estat

Wandi Yusuf • 14 April 2025 19:01

Jakarta: Pakar real estat dari Universitas Cornell, Abdullah Syarifuddin, mendorong Indonesia mengembangkan dana investasi real estat atau real estate investment trust (REIT). REIT telah menjadi instrumen investasi yang semakin populer di berbagai negara. 

"Kepala Riset Morgan Stanley, Greg Whyte, pada tahun 1998 menggambarkan REIT sebagai instrumen yang 'tercium seperti real estat, terlihat seperti obligasi, dan berjalan seperti ekuitas.' Pernyataan ini tetap relevan hingga kini. Dan ini mencerminkan sifat unik dari REIT yang modern," kata Abdullah Syarifuddin melalui keterangan tertulis, Senin, 14 April 2025.

Dia menilai, REIT modern belum sepenuhnya tersedia di Indonesia. Abdullah menjelaskan instrumen ini berada di antara obligasi (debt) dan saham (equity) dengan profil risiko dan imbal hasil yang moderat. 

Obligasi dikenal sebagai investasi berisiko rendah dengan imbal hasil stabil, sedangkan saham memiliki risiko tinggi dengan potensi keuntungan besar. Sebaliknya, kata dia, REIT menawarkan keseimbangan di antara keduanya dan menjadikannya pilihan menarik bagi investor.
 

3 Perspektif

Abdullah menjelaskan ada tiga perspektif mengenai REIT. Perspektif pertama, REIT berfokus pada kepemilikan dan pengelolaan properti produktif, seperti gedung perkantoran dan pusat perbelanjaan. 

Pendapatan utama berasal dari sewa dan memberikan kestabilan yang lebih tinggi dibandingkan bisnis berbasis penjualan barang atau jasa. Faktor utama yang menentukan performa REIT, lanjut dia, adalah jenis dan lokasi properti yang dimiliki.
 
Perspektif kedua, REIT diwajibkan mendistribusikan minimal 90?ri pendapatan kena pajaknya sebagai dividen. Bahkan banyak yang mendistribusikan hingga 100%. 

"Dengan pola pembayaran dividen yang lebih dapat diprediksi, REIT memiliki karakteristik serupa dengan obligasi yang menawarkan kupon secara berkala," kata Abdullah. 
 
Baca: 

Kenali Ragam Jenis Pembiayaan Rumah Subsidi dan Persyaratannya



Perpektif ketiga, yakni saham REIT diperdagangkan di bursa dan mengalami fluktuasi harga berdasarkan sentimen pasar. Artinya, REIT dapat memberikan potensi keuntungan dari apresiasi nilai saham serta dividen rutin. 

"Sifat ini menjadikannya mirip dengan investasi ekuitas," ujar dia.
 

Peluang modernisasi REIT

Abdullah melihat ada peluang modernisasi REIT di Indonesia. Hingga Desember 2023, kapitalisasi pasar REIT di Amerika Serikat mencapai USD1,3 triliun. Hal ini menunjukkan besarnya potensi instrumen ini dalam dunia investasi. 

Di Indonesia, REIT telah hadir dalam bentuk Dana investasi real estat (DIRE). Namun, DIRE masih menghadapi kendala struktural seperti inefisiensi bisnis dan pajak berganda yang menghambat pertumbuhannya.

“Modernisasi REIT di Indonesia menjadi langkah penting untuk menarik lebih banyak investor, membantu pengembang dalam capital recycling, serta mempercepat pertumbuhan ekonomi melalui proyek- proyek baru," kata Abdullah. 

Menurut dia, sinkronisasi regulasi antara Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Direktorat Jenderal Pajak (DJP), dan Bursa Efek Indonesia (BEI) diperlukan agar REIT dapat berkembang secara optimal di pasar Indonesia.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Wandi Yusuf)