Sejumlah imigran Venezuela yang dideportasi AS terlihat berada di Tecoluca, El Salvador. (El Salvador presidential press office)
Willy Haryono • 17 March 2025 07:57
Washington: Amerika Serikat telah menerbangkan lebih dari 200 imigran, yang diduga anggota geng Venezuela, untuk dipenjara di El Salvador, kata Presiden Nayib Bukele, setelah mitranya dari AS Donald Trump secara kontroversial menerapkan undang-undang masa perang untuk mengusir mereka.
Deportasi pada hari Minggu terjadi meski hakim federal AS memberikan penangguhan sementara perintah pengusiran. Penangguhan dikeluarkan di saat sejumlah pesawat yang mengangkut imigran Venezuela sudah terbang menuju ke El Salvador.
Dalam teguran keras di hari Minggu, Pemerintah Venezuela mengatakan Trump telah "mengkriminalisasi" imigran Venezuela, yang "sebagian besarnya adalah pekerja bermartabat dan jujur.” Venezuela mengatakan bahwa tindakan itu melanggar hukum AS dan internasional.
"Ups... Terlambat," tulis Bukele di media sosial sebagai tanggapan atas sebuah artikel tentang putusan hakim AS, dengan menambahkan emoji menangis sambil tertawa.
Pemerintahan Trump mengatakan pihaknya mengajukan banding atas perintah pengadilan tersebut.
Mengutip dari Al Jazeera, Senin, 17 Maret 2025, juru bicara Gedung Putih Karoline Leavitt membela deportasi tersebut, dengan mengatakan Trump "menggunakan kekuatan intinya sebagai presiden dan panglima tertinggi untuk membela rakyat Amerika dari ancaman yang mendesak."
Bukele mengumumkan tindakan Trump pada hari Minggu di X, dengan mengatakan: “Hari ini, 238 anggota pertama organisasi kriminal Venezuela, Tren de Aragua, tiba di negara kita."
Ia membagikan video beberapa pria yang diborgol dan dibelenggu yang dipindahkan dari pesawat ke konvoi yang dijaga ketat. Kepresidenan El Salvador juga membagikan serangkaian foto imigran dengan kondisi tangan diborgol di belakang punggung mereka.
Bukele mengatakan AS akan "membayar biaya yang sangat rendah" untuk penahanan orang-orang tersebut oleh El Salvador, tetapi baik dia maupun pejabat Amerika tidak menyebutkan jumlahnya.
Trump pada hari Jumat lalu telah menandatangani perintah yang menerapkan Undang-Undang Musuh Asing tahun 1798, tetapi tidak diumumkan ke publik hingga hari Sabtu. Wewenang masa perang yang kontroversial ini memungkinkan presiden AS untuk menahan atau mendeportasi warga negara musuh, dan hanya pernah digunakan tiga kali sebelumnya – selama konflik internasional besar, termasuk Perang Dunia I dan II.
Bukele, dalam pertemuan bulan lalu dengan Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio, menawarkan untuk menampung tahanan dari AS di negaranya, termasuk anggota Tren de Aragua dan geng MS-13 asal Salvador.
Baca juga: Venezuela Bebaskan Enam Warga AS setelah Kunjungan Utusan Trump