Israel Kirim Negosiator ke Kairo untuk Perpanjangan Gencatan Senjata di Gaza

Pasukan Israel dalam operasi darat di Gaza. Foto: EFE-EPA

Israel Kirim Negosiator ke Kairo untuk Perpanjangan Gencatan Senjata di Gaza

Fajar Nugraha • 28 February 2025 11:00

Gaza: Israel mengirim delegasi ke Kairo, Mesir untuk membahas perpanjangan fase pertama gencatan senjata di Gaza, yang dijadwalkan berakhir dalam dua hari. Upaya ini bertujuan untuk memastikan pembebasan lebih banyak sandera Israel dengan menunda perundingan akhir mengenai status Gaza di masa depan.

Keputusan Israel untuk mengirim negosiator diumumkan pada Kamis 27 Februari 2025, setelah Hamas menyerahkan empat jenazah sandera terakhir yang dibebaskan dalam skema gencatan senjata enam minggu yang dimulai sejak 19 Januari. Sementara itu, diskusi mengenai fase kedua yang bertujuan mencapai penghentian perang secara permanen belum dimulai.

Menteri Luar Negeri Israel, Gideon Saar, mengonfirmasi bahwa delegasi Israel akan tiba di Mesir untuk melihat apakah ada titik temu dalam memperpanjang gencatan senjata.

"Kami telah menyatakan kesiapan untuk memperpanjang kerangka ini sebagai imbalan atas pembebasan lebih banyak sandera. Jika memungkinkan, kami akan melakukannya," ujarnya di Yerusalem, seperti dikutip dari Channel News Asia, Jumat, 28 Februari 2025.

Menurut dua pejabat pemerintah Israel yang dikutip Reuters, skema perpanjangan ini memungkinkan Hamas untuk membebaskan tiga sandera per minggu dengan imbalan tahanan Palestina yang ditahan oleh Israel.

Hingga kini, belum ada pernyataan resmi dari kedua belah pihak mengenai langkah selanjutnya jika fase pertama gencatan senjata berakhir tanpa kesepakatan baru. Mesir dan Qatar tetap berperan sebagai mediator, dengan dukungan penuh dari Amerika Serikat.

Dinamika negosiasi dan tekanan domestik

Pada fase pertama gencatan senjata, Hamas telah membebaskan 33 sandera Israel, sementara Israel membebaskan sekitar 2.000 tahanan Palestina. Selama periode ini, pertempuran dihentikan dan pasukan Israel ditarik dari beberapa wilayah Gaza.

Seharusnya, negosiasi fase kedua yang mencakup pembebasan seluruh sandera yang tersisa dan penarikan penuh pasukan Israel dari Gaza dimulai awal bulan ini. Namun, diskusi masih tertunda akibat perbedaan kepentingan politik di dalam pemerintahan Israel.

Beberapa kelompok di pemerintahan sayap kanan Israel menginginkan perang dilanjutkan guna mencapai target utama mereka: menghancurkan Hamas sepenuhnya. Di sisi lain, tekanan publik semakin meningkat untuk mempertahankan gencatan senjata demi membebaskan sandera yang tersisa.

Hamas, dalam pernyataannya, menyatakan kesiapan untuk memulai negosiasi fase kedua.

"Satu-satunya cara untuk membebaskan sandera yang masih ada di Gaza adalah dengan komitmen penuh terhadap gencatan senjata," kata perwakilan Hamas.

Kondisi sandera dan dampaknya terhadap perundingan

Pemerintah Israel menyatakan bahwa tiga dari empat sandera yang jenazahnya diserahkan Hamas pada Kamis dibunuh selama dalam tahanan, sementara satu lainnya tewas saat serangan Hamas ke Israel pada 7 Oktober 2023.

Banyak sandera yang dibebaskan dalam beberapa pekan terakhir ditemukan dalam kondisi buruk, beberapa tampak kurus kering, sementara yang lain dilaporkan telah dieksekusi oleh Hamas. Situasi ini meningkatkan kemarahan publik di Israel, yang berpotensi mempersulit negosiasi perpanjangan gencatan senjata.

Presiden Israel, Isaac Herzog, dalam unggahannya di media sosial X, mengonfirmasi identitas keempat jenazah, yaitu Tsachi Idan, Itzhak Elgarat, Ohad Yahalomi, dan Shlomo Mantzur.

"Dalam momen yang menyakitkan ini, setidaknya ada sedikit ketenangan dalam mengetahui bahwa mereka dapat dimakamkan dengan layak di Israel," tulis Herzog.

Kantor Perdana Menteri Israel juga menegaskan bahwa Idan, Yahalomi, dan Elgarat dibunuh selama dalam tahanan Hamas, sedangkan Mantzur tewas pada hari serangan 7 Oktober.

Sejak serangan Hamas yang menewaskan sekitar 1.200 warga Israel dan menyandera 251 orang, sekitar separuh sandera telah dibebaskan dalam satu-satunya gencatan senjata sebelumnya pada November 2023. Sebagian lainnya telah ditemukan dalam kondisi hidup atau meninggal selama operasi militer Israel.

Situasi di Gaza dan dampak perang

Sementara itu, di Gaza, Kementerian Kesehatan Palestina melaporkan bahwa lebih dari 48.000 warga Palestina telah tewas akibat serangan Israel. Konflik ini telah menghancurkan sebagian besar wilayah kantong padat penduduk tersebut dan menyebabkan jutaan orang terusir dari rumah mereka.

Dalam pertukaran tahanan terbaru, Israel membebaskan 643 warga Palestina terdiri dari 445 pria, 24 wanita dan anak-anak yang ditahan di Gaza, serta 151 tahanan yang menjalani hukuman seumur hidup karena serangan mematikan terhadap warga Israel.

Di Ramallah, Tepi Barat, ratusan orang menyambut bus yang membawa tahanan yang dibebaskan dari penjara Ofer milik Israel. Salah seorang mantan tahanan, Bilal Yassin, mengungkapkan kegembiraannya setelah menjalani hukuman 20 tahun di penjara Israel.

"Pengorbanan dan penderitaan kami tidak sia-sia. Kami selalu percaya pada perjuangan perlawanan," katanya kepada Reuters.

Sementara itu, hampir 100 tahanan Palestina lainnya dikirim ke Mesir, di mana mereka akan tetap berada sampai ada negara ketiga yang bersedia menerima mereka, menurut sumber Hamas dan laporan media Mesir.

Dengan situasi yang masih penuh ketidakpastian, perundingan di Kairo menjadi penentu apakah gencatan senjata di Gaza akan diperpanjang atau pertempuran kembali meletus dalam beberapa hari ke depan.

(Muhammad Reyhansyah)

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Fajar Nugraha)