Ilustrasi. Foto: Dokumen Kementerian Keuangan
Insi Nantika Jelita • 1 June 2025 12:52
Jakarta: Proses mempertemukan pelaku usaha atau business matchmaking dianggap menjadi jurus ampuh bagi Indonesia bisa keluar dari jebakan pendapatan menengah atau middle income trap.
Selain memiliki kekayaan sumber daya alam yang besar, negara ini sedang menikmati bonus demografi, yakni kondisi ketika jumlah penduduk usia produktif berada pada puncaknya. Namun tanpa pengelolaan yang cermat dan pendekatan inovatif, potensi tersebut justru berisiko menjadi beban.
"Bonus demografi tidak akan berarti jika kita tidak menciptakan ekosistem yang mampu menyerap dan memberdayakan talenta lokal. Kita memerlukan pendekatan yang lebih dari sekadar mempertemukan supply and demand," kata Vice President Lingkungan Deputi Dukungan Bisnis SKK Migas Erwin Suryadi dalam bedah bukunya, The Matchmaker, dikutip dari keterangan tertulis, Minggu, 1 Juni 2025.
Erwin memaparkan konsep business matchmaking ialah pendekatan ekosistem yang mendorong kolaborasi jangka panjang antara pelaku industri besar, pabrikan lokal, UMKM, dan lembaga pendidikan. Pendekatan ini menekankan pendampingan yang memacu peningkatan kualitas produk (quality), efisiensi biaya (price), dan ketepatan pengiriman (delivery).
Gagasan business matchmaking ini merujuk pada pemikiran begawan ekonomi Soemitro Djojohadikusumo, yang menolak persaingan bebas secara mutlak di negara berkembang. Dalam pandangan Soemitro, pasar tidak akan bekerja adil tanpa kehadiran negara sebagai pengatur dan pelindung pelaku ekonomi lokal.
"Prinsip ini sejalan dengan business matchmaking, yang menuntut peran aktif dan memberikan mandat kepada pelaku industri besar untuk ikut membina pelaku lokal agar mampu bersaing secara sehat dan setara,” jelas Erwin.
Konsep tersebut, lanjutnya, telah diterapkan di sektor hulu minyak dan gas bumi melalui Forum Kapasitas Nasional, yang digagas SKK Migas sejak 2021. Pengalaman di sektor hulu migas menunjukkan, ketika pelaku industri skala besar bersedia membina dan mempercayai pelaku lokal, hasilnya luar biasa. "Banyak pabrikan dalam negeri yang ternyata mampu bersaing di tingkat global," terang Erwin.
Baca juga: Pemerintah Gigih Dorong IKM Kerajinan Tembus Pasar Ekspor |