Tembakan IDF ke Arah Diplomat, Kanada Panggil Duta Besar Israel

Pasukan Israel melakukan penembakan ke arah diplomat asing di Tepi Barat. Foto: EFE-EPA

Tembakan IDF ke Arah Diplomat, Kanada Panggil Duta Besar Israel

Fajar Nugraha • 23 May 2025 04:57

Ottawa: Kanada memanggil duta besar Israel untuk menjelaskan alasan Pasukan Pertahanan Israel melepaskan tembakan peringatan di dekat wilayah lawatan diplomatik di Tepi Barat pada Rabu, 20 Mei 2025.

Perdana Menteri Kanada, Mark Carney, menyebut situasi tersebut sama sekali tidak dapat diterima dan menyatakan bahwa Kanada mengharapkan penjelasan atas apa yang terjadi.

"Itu adalah hal yang sama sekali tidak dapat diterima yang terjadi di wilayah tersebut," ucapnya dalam sebuah konferensi pers di Parliament Hill pada hari Rabu.

Militer Israel mengatakan pada hari yang sama bahwa pihaknya menyesali ketidaknyamanan yang disebabkan oleh tembakan peringatan yang dilepaskannya saat para diplomat berkeliling kota Jenin.

Menteri Luar Negeri Kanada, Anita Anand, mengonfirmasi di media sosial bahwa empat warga Kanada merupakan bagian dari delegasi yang berkeliling Jenin. Ia menyatakan rasa leganya ketika keempat diplomat tersebut aman.

Namun, Anand tetap mengharapkan penyelidikan dan akuntabilitas penuh.

"Saya telah meminta pejabat saya untuk memanggil Duta Besar Israel guna menyampaikan kekhawatiran serius Kanada," tulisnya di aplikasi X, seperti dikutip Anadolu, Jumat 23 Mei 2025.

Sebuah video insiden yang beredar menunjukkan anggota lawatan diplomatik tersebut berbicara ke arah kamera di dekat sebuah gerbang kuning besar. Kemudian, suara tembakan terdengar saat mereka bergegas meninggalkan gerbang dan berputar di sudut jalan. Dalam satu video, dua tentara terlihat mengarahkan senjata ke arah para diplomat.

Pasukan Pertahanan Israel mengatakan bahwa kelompok tersebut "menyimpang" dari rute yang disetujui dan tentara melepaskan tembakan peringatan untuk membuat kelompok tersebut menjauh dari area yang tidak diizinkan untuk dikunjungi. Pihaknya juga melaporkan bahwa tidak ada yang terluka dalam insiden tersebut.

Menteri Luar Negeri Prancis, Jean-Noël Barrot, mengatakan dalam sebuah unggahan di media sosial bahwa situasi tersebut tidak dapat diterima dan duta besar Israel untuk Prancis pun telah dipanggil untuk menjelaskannya. Menteri Luar Negeri Italia, Antonio Tajani, mengatakan juga bahwa ia meminta duta besar Israel di Italia terkait insiden tersebut.

Mantan diplomat Kanada, Colin Robertson, mengkhawatirkan keselamatan para diplomat yang tidak terjamin ketika pergi untuk mengamati daerah pertempuran. 

"Peristiwa seperti ini mungkin tidak sengaja dilakukan oleh pemerintah Israel, tapi hal serupa pernah terjadi sebelumnya. Kami telah kehilangan pengamat Kanada saat misi perdamaian di Vietnam dan tempat lain," ujarnya.

Robertson menambahkan bahwa ini adalah insiden serius, ia mengaitkannya dengan kondisi “seperti perang” di wilayah Tepi Barat.

Sementara itu, dalam pernyataan bersama yang dikeluarkan di awal minggu ini, Perdana Menteri Mark Carney, Perdana Menteri Inggris Keir Starmer, dan Presiden Prancis Emmanuel Macron mengancam akan menjatuhkan sanksi besar kepada Israel akibat serangan militer terbarunya di Gaza dan sedikitnya jumlah bantuan yang diizinkan masuk ke daerah tersebut.

Pernyataan tersebut juga menentang para pemimpin terhadap setiap upaya untuk memperluas pemukiman Israel di Tepi Barat. Ketika ditanya pada hari Rabu terkait apakah AS mendukung pernyataan tersebut, Carney menyatakan bahwa ia memberi tahu wakil presiden bahwa Kanada "mungkin" akan mengatakan sesuatu.

Tujuan pernyataan tersebut adalah agar Israel dapat memastikan bantuan kemanusiaan yang memadai datang ke Gaza, menurut Carney. Robertson mengatakan harapannya agar Kanada dapat mengeluarkan lebih banyak deklarasi bersama sekutu-sekutu Eropa di masa mendatang. 

Pada hari Selasa, Inggris menjatuhkan sanksi terhadap tiga orang, dua pos terdepan pemukim ilegal, dan dua organisasi yang mendukung kekerasan terhadap komunitas Palestina di Tepi Barat. Inggris sendiri menghentikan sementara negosiasi dengan Israel terkait kesepakatan perdagangan baru, tetapi barang-barang masih mengalir antara kedua negara. 

Kanada sendiri telah memberikan sanksi kepada orang-orang atas kekerasan pemukim ekstremis terhadap warga Palestina di Tepi Barat di masa lalu. Sanksi terbaru diumumkan pada bulan September tahun lalu.

Sementara itu, Trump ditanya pada hari Rabu apakah ia berencana untuk berbicara dengan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, terkait operasi militer Israel di Gaza dan meningkatnya tekanan internasional untuk melakukan gencatan senjata. Namun, Trump tidak menanggapi pertanyaan tersebut.

Robertson mengatakan ia akan terkejut jika AS tidak mengetahui sebelumnya bahwa pernyataan bersama dari Kanada, Inggris, dan Prancis akan dirilis.

“Sebagian besar kebijakan luar negeri dijalankan atas dasar ‘tidak ada kejutan’ karena itulah yang dilakukan dengan sekutu. Anda memberi tahu mereka apa yang Anda lakukan,” katanya.

“Saya pikir Anda akan melihat lebih banyak tindakan Kanada yang mengambil pendekatan pragmatis yang strategis terhadap kebijakan luar negeri dan tidak lagi bergerak sepenuhnya dengan yang selama ini menjadi sekutu, mitra terdekat kita di Amerika Serikat,” tambah Robertson.

Dalam sebuah unggahan media sosial pada Senin malam, Netanyahu menuduh para pemimpin Kanada, Prancis, dan Inggris “menawarkan hadiah besar untuk serangan genosida terhadap Israel pada 7 Oktober sambil mengundang lebih banyak kekejaman seperti itu.”

Kelompok Hamas dari Palestina—yang terdaftar sebagai teroris di Kanada—menyambut baik pernyataan tersebut dalam sebuah unggahan daring pada hari Selasa. Mereka menyebutnya sebagai “langkah besar ke arah yang benar.”


(Nada Nisrina)

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Fajar Nugraha)