Netanyahu Tuduh PM Kanada, Inggris, dan Prancis Pendukung Hamas karena Ingin Perang Gaza Berakhir

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berpidato di Knesset di Yerusalem pada 18 November 2024 [Abir Sultan/EPA-EFE]

Netanyahu Tuduh PM Kanada, Inggris, dan Prancis Pendukung Hamas karena Ingin Perang Gaza Berakhir

Riza Aslam Khaeron • 24 May 2025 10:48

Tel Aviv: Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pada Kamis, 23 Mei 2025, menuduh para pemimpin Kanada, Inggris, dan Prancis telah “berpihak pada pihak yang salah dalam sejarah dan kemanusiaan” usai ketiganya mengeluarkan pernyataan bersama yang menyerukan Israel untuk menghentikan perang di Gaza.

Melansir Times of Israel (ToI), Netanyahu menyatakan bahwa pernyataan Perdana Menteri Inggris Keir Starmer, Presiden Prancis Emmanuel Macron, dan Perdana Menteri Kanada Mark Carney telah "memberi semangat" kepada Hamas untuk terus berperang.

"Ketiga pemimpin ini pada dasarnya mengatakan mereka ingin Hamas tetap berkuasa," ujar Netanyahu dalam pernyataan video berbahasa Inggris.

"Mereka ingin Israel mundur dan menerima bahwa tentara pembunuh massal Hamas akan bertahan, membangun kembali, dan mengulangi pembantaian 7 Oktober lagi dan lagi dan lagi," lanjutnya, Kamis, 23 Mei 2025, dikutip dari ToI.

Pernyataan bersama dari Starmer, Macron, dan Carney dirilis pada Senin, 20 Mei 2025.

Mereka mengutuk penanganan kemanusiaan Israel di Gaza dan menuntut penghentian segera operasi militer serta masuknya lebih banyak bantuan. Mereka juga memperingatkan akan ada “tindakan konkret lanjutan” jika Israel menolak tuntutan tersebut.

Netanyahu menanggapi dengan menyebut bahwa Hamas menyambut baik pernyataan ketiga pemimpin tersebut.

"Ketika para pembunuh massal, pemerkosa, pembunuh bayi, dan penculik berterima kasih kepada Anda, maka Anda berada di sisi yang salah dari keadilan," ujar Netanyahu.

"Anda berada di sisi yang salah dari kemanusiaan, dan Anda berada di sisi yang salah dari sejarah," tambah Netanyahu.

Ia mengatakan para pemimpin itu tidak sedang menciptakan perdamaian, tetapi justru memperkuat semangat Hamas untuk terus berperang.

"Mereka mengira sedang memajukan perdamaian. Mereka tidak. Mereka justru mendorong Hamas untuk terus berperang selamanya," katanya.
 

Baca Juga:
Israel Siapkan Tahap Intensif Operasi Gideon di Gaza

Pernyataan Netanyahu muncul sehari setelah dua staf Kedutaan Israel, Yaron Lischinsky dan Sarah Milgrim, ditembak mati dalam sebuah acara Yahudi di Washington, DC. Netanyahu menilai penembakan itu berhubungan langsung dengan kampanye kebencian terhadap Israel.

"Teroris itu membunuh mereka hanya karena mereka orang Yahudi. Saat dibekuk, ia berteriak 'Free Palestine!'," ujar Netanyahu.

Ia melanjutkan bahwa slogan "Free Palestine" hari ini sama dengan "Heil Hitler" di masa lalu.

"Mereka tidak ingin negara Palestina. Mereka ingin menghancurkan negara Yahudi dan melenyapkan bangsa Yahudi," katanya. Ia menyatakan heran mengapa fakta ini tidak dapat dipahami oleh para pemimpin Prancis, Inggris, dan Kanada.

Netanyahu menyebut bahwa ketiganya mendukung pembentukan negara Palestina, dan menyebutnya sebagai "hadiah utama bagi para pembunuh."

Ia juga menuduh para pemimpin itu termakan propaganda Hamas yang menyebut Israel membuat anak-anak Palestina kelaparan, padahal Israel telah kembali membuka akses bantuan ke Gaza setelah sempat ditutup selama dua bulan.

Netanyahu juga menyalahkan "laporan palsu" dari seorang pejabat PBB mengenai krisis kemanusiaan Gaza yang menurutnya ikut memicu kebencian. Ia menyebut bahwa berita itu disebarkan oleh media, dipercaya oleh massa, dan berdampak pada kematian dua staf kedutaan di AS.

Meski menyebut Israel membuka bantuan kemanusiaan dan bersedia menerima jeda kemanusiaan sementara demi penyelamatan sandera, Netanyahu menegaskan bahwa perang tidak akan dihentikan jika Hamas masih berkuasa.

"Kami akan lakukan segala upaya untuk membebaskan para sandera, tapi semua harus dibebaskan sekarang," tegasnya.

Menanggapi insiden pasukan Israel yang melepaskan tembakan peringatan ke arah delegasi diplomat Arab dan Eropa di Jenin pada Rabu, Netanyahu menyatakan bahwa "dalam perang, kecelakaan bisa terjadi." Ia menegaskan bahwa tentara Israel "tidak pernah menargetkan warga sipil atau diplomat, tidak seperti Hamas".

Netanyahu juga menyampaikan belasungkawa secara langsung kepada keluarga korban penembakan di Washington dan menyebut bahwa antisemitisme global harus dilawan secara tegas.

"Fitnah darah terhadap Israel telah menumpahkan darah kami dan harus diperangi tanpa henti," ujarnya.

"Hatiku berduka atas keluarga pasangan muda yang nyawanya direnggut oleh pembunuh antisemit yang keji," tambah Netanyahu.

Sebagai langkah keamanan, Kementerian Luar Negeri Israel memerintahkan seluruh diplomatnya di luar negeri untuk tidak menghadiri acara publik hingga ada pemberitahuan lebih lanjut.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Surya Perkasa)